Sabtu, 06 April 2013

Surat Tertunda


Assalamualakum warahmatullahi wabarakatu
Ba’da tahmid, tasbih, dan shalawat…
Apa kabar al ukh yang sedang di rumah bersama sanak keluarga? Semoga terus masih berada dalam keberkahan perlindunganNya. Masih di kelilingi kenikmatan-kenikmatan yang tiada henti-hentinya dikaruniai Allah SWT pada kita.
Ketika merefresh semua kenangan lalu kita, membuat saya tidak hentinya mengucap syukur kepada Allah SWT atas nikmat ukhuwah yang diberikan kepadaku atas dipertemukannya kita. Saya sangat yakin tiada kesiaan dari peristiwa – peristiwa yang kita jalan selama kita berada di kampus.
Kini, dengan berubahnya pola gerakan dakwah kita di kampus, membuat seakan – akan semuanya bubar tanpa bekas.
Tidak seperti itu al ukh, sungguh cinta itu sudah tumbuh sejak awal kita dipertemukan, sungguh cinta itu tumbuh subur hingga berbunga entah berapa banyak kuncup yang siap bermekaran hingga saat ini, hingga detik ini. Sungguh, walaupun kadang memang cuaca tidak selalu cerah menaunginya.
Ada kalanya amanah itu menyinggapi sebagian dari kita, dan “mengistirahatkan” sebagian yang lain. Tapi apakah itu menjadi satu bentuk excuse terhadap diri kita untuk tidak melakukan apa pun??? Tentu al ukh lebih tahu, bahwa Allah menilai setiap usaha kita, bahkan yang hanya kita niatkan di dalam hati.
Saya rindu,,
Itu perasaan saya saat menulis surat ini. Entahlah, mau disebut melankolis ataupun berlebihan. Tapi, itulah adanya…
Melalui surat ini saya ingin menyampaikan: “Maafkan saya” yang selama ini ketika kita bekerja bareng, menyisakan kenangan buruk di hati al ukh.
Beginilah saya, bukan makhluk sempurna. Ada kalanya memaksa, ada kalanya mengajak, ada kalanya marah, ada kalanya meninggalkan, ada kalanya menjengkelkan, ada kalanya tidak enakan, dan segudang ada kalanya lainnya.
Semoga ini menjadi satu bentuk tadhribat Allah yang bisa saya ambil semua saripati hikmahnya, dan begitu pun dengan kalian.
Saya sebagai makhluk yang lemah ini, ingin sekali bersenyum sapa bersama kalian, ingin sekali menggenggam erat tangan itu, memeluk… Namun, kesibukan kita menjadi satu bentuk penghalang.
Tapi, selalu berada dalam doa dan harapku semoga al ukh bisa istiqomah di jalan ini. Bisa bertahan dengan karakterikstik dakwah: yang berasa tanpa ujung, berat, dan sedikit pengikutnya. Sebab bukan kesengajaan kita dulu dipilih lewat proses yang melelahkan. Bukan tanpa alasan, kita dulu berada dalam barisan dakwah yang banyak dinanti orang namun dicaci di sisi yang lain. Bukan suatu hal yang menyiakan apa yang telah kita lakukan dahulu. Seperti sudah takdirnya kita menjadi orang – orang yang terpilih itu…
Jangan pernah lelah, karena kita hanyalah pengembara di dunia yang fana ini. Rumah kita di syurga menanti kita. Jangan pernah diam, karena itu satu bentuk kedzaliman terhadap keberadaan kita yang seharusnya menjadi da’i, lingkungan kita membutuhkan seruan dakwah kita. Jangan pernah menjadi orang yang biasa – biasa saja, sebab Allah telah mengaruniai kita ilmu lebih dibanding orang yang biasa – biasa saja. Jangan pernah,,,
Hidupkanlah perasaan menyeru itu dan hiduplah bersamanya. Karena betapa tidak bersyukur dan berterima kasihnya kita wahai al ukh, di mana Rasulullah mulia SAW di penghujung usianya di dunia ini hanya terus menerus memikirkan kita, ummati, ummati, ummati. Maka balaslah kebajikan beliau, maka bersyukurlah atas segala kenikmatan-Nya. Karena kita belum merasakan apa yang saudara kita di Palestina, Bosnia, Rohingnya, Afganistan, Poso, Maluku, dan di belahan bumi lain yang dirampas hak bersyukurnya seperti apa yng bisa bebas kita lakukan saat ini. Maka bersyukurlah, bekerjalah, bersungguh – sungguhlah, dan ajaklah…
Jazakillah khairan katsiran, atas segala keberadaan, kehadiran, keutuhan kalian dalam menggenggam tali agama Allah. Semoga bisa segera berkumpul bersama di jannah-Nya, dengan amalan terbaik kita. Tetap berfastabiqul-khairat di mana pun kita saat ini berada.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar