Assalamualakum
warahmatullahi wabarakatu
Ba’da
tahmid, tasbih, dan shalawat…
Apa
kabar al ukh yang sedang di rumah bersama sanak keluarga? Semoga terus masih
berada dalam keberkahan perlindunganNya. Masih di kelilingi
kenikmatan-kenikmatan yang tiada henti-hentinya dikaruniai Allah SWT pada kita.
Ketika
merefresh semua kenangan lalu kita, membuat saya tidak hentinya mengucap syukur
kepada Allah SWT atas nikmat ukhuwah yang diberikan kepadaku atas
dipertemukannya kita. Saya sangat yakin tiada kesiaan dari peristiwa –
peristiwa yang kita jalan selama kita berada di kampus.
Kini,
dengan berubahnya pola gerakan dakwah kita di kampus, membuat seakan – akan
semuanya bubar tanpa bekas.
Tidak
seperti itu al ukh, sungguh cinta itu sudah tumbuh sejak awal kita dipertemukan,
sungguh cinta itu tumbuh subur hingga berbunga entah berapa banyak kuncup yang
siap bermekaran hingga saat ini, hingga detik ini. Sungguh, walaupun kadang
memang cuaca tidak selalu cerah menaunginya.
Ada
kalanya amanah itu menyinggapi sebagian dari kita, dan “mengistirahatkan”
sebagian yang lain. Tapi apakah itu menjadi satu bentuk excuse terhadap diri kita untuk tidak melakukan apa pun??? Tentu al
ukh lebih tahu, bahwa Allah menilai setiap usaha kita, bahkan yang hanya kita
niatkan di dalam hati.
Saya
rindu,,
Itu
perasaan saya saat menulis surat ini. Entahlah, mau disebut melankolis ataupun
berlebihan. Tapi, itulah adanya…
Melalui
surat ini saya ingin menyampaikan: “Maafkan saya” yang selama ini ketika kita
bekerja bareng, menyisakan kenangan buruk di hati al ukh.
Beginilah
saya, bukan makhluk sempurna. Ada kalanya memaksa, ada kalanya mengajak, ada
kalanya marah, ada kalanya meninggalkan, ada kalanya menjengkelkan, ada kalanya
tidak enakan, dan segudang ada kalanya lainnya.
Semoga
ini menjadi satu bentuk tadhribat Allah yang bisa saya ambil semua saripati
hikmahnya, dan begitu pun dengan kalian.
Saya
sebagai makhluk yang lemah ini, ingin sekali bersenyum sapa bersama kalian,
ingin sekali menggenggam erat tangan itu, memeluk… Namun, kesibukan kita
menjadi satu bentuk penghalang.
Tapi,
selalu berada dalam doa dan harapku semoga al ukh bisa istiqomah di jalan ini. Bisa
bertahan dengan karakterikstik dakwah: yang berasa tanpa ujung, berat, dan
sedikit pengikutnya. Sebab bukan kesengajaan kita dulu dipilih lewat proses
yang melelahkan. Bukan tanpa alasan, kita dulu berada dalam barisan dakwah yang
banyak dinanti orang namun dicaci di sisi yang lain. Bukan suatu hal yang
menyiakan apa yang telah kita lakukan dahulu. Seperti sudah takdirnya kita
menjadi orang – orang yang terpilih itu…
Jangan
pernah lelah, karena kita hanyalah pengembara di dunia yang fana ini. Rumah
kita di syurga menanti kita. Jangan pernah diam, karena itu satu bentuk
kedzaliman terhadap keberadaan kita yang seharusnya menjadi da’i, lingkungan
kita membutuhkan seruan dakwah kita. Jangan pernah menjadi orang yang biasa –
biasa saja, sebab Allah telah mengaruniai kita ilmu lebih dibanding orang yang
biasa – biasa saja. Jangan pernah,,,
Hidupkanlah
perasaan menyeru itu dan hiduplah bersamanya. Karena betapa tidak bersyukur dan
berterima kasihnya kita wahai al ukh, di mana Rasulullah mulia SAW di
penghujung usianya di dunia ini hanya terus menerus memikirkan kita, ummati,
ummati, ummati. Maka balaslah kebajikan beliau, maka bersyukurlah atas segala
kenikmatan-Nya. Karena kita belum merasakan apa yang saudara kita di Palestina,
Bosnia, Rohingnya, Afganistan, Poso, Maluku, dan di belahan bumi lain yang
dirampas hak bersyukurnya seperti apa yng bisa bebas kita lakukan saat ini.
Maka bersyukurlah, bekerjalah, bersungguh – sungguhlah, dan ajaklah…
Jazakillah
khairan katsiran, atas segala keberadaan, kehadiran, keutuhan kalian dalam
menggenggam tali agama Allah. Semoga bisa segera berkumpul bersama di
jannah-Nya, dengan amalan terbaik kita. Tetap berfastabiqul-khairat di mana pun
kita saat ini berada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar