Butuh banyak hal, hatta waktu, pengorbanan, dan kesempitan untuk menjadi schöneSchmetterlinger. Namun, setelah dia ada, begitu banyak manfaat dan indah dalam pandangan....
Laiknya pada umumnya orang memperingati hari di mana dia dilahirkan, tentunya tidak luput dari saya yang juga melewati proses kelahiran untuk melewati usia dalam bilangan angka. Sebelum-sebelumnya peringatan hari kelahiran atau populer disebut sebagai "ulang tahun" dalam keluarga tidak termasuk hari spesial. Hanya ada 2 momen spesial: idul adha dan idul fitri :D
Begitulah, karena ini tradisi sehingga tidak menjadi suatu hal yang spesial pun pada saya. Sampai suatu ketika di satu juli dua ribu lima saya mengangkat gagang telpon yang sebelumnya berbunyi, di seberang sana terdengar suara yang inti pesannya mendoakan kebaikan atas hari lahir yang bertepatan dengan waktu itu, saya ditelpon ibu. Ini menjadi spesial karena sepanjang saya bernafas, tidak sekalipun ada ucapan itu. Malah ucapan itu disampaikan ketika saya jauh darinya. Tahukah? Setelah saya mengetahui dalam Islam posisi tingginya seorang Ibu dalam kemuliaan. Saya mencoba berbakti sejak januari, memperbaiki hubungan yang sangat renggang, menurunkan egoku yang selalu meninggi, dan mencoba berusaha menjadi laiknya seorang anak yang fitrahnya dekat kepada sang Ibu. Ada haru saya duga dalam perubahan sikapku, sehingga rasa sayang yang selama ini dipendamnya akhirnya tidak bisa dia sembunyikan lagi. Ah, begitulah seorang ibu di mataku. Selalu tegar, meskipun rapuh sekali dia sejak bapak tiada.
Lebih besar dari sekedar rasa senang akan diingatnya waktu lahirku oleh ibuku sayang, saya menyadari bahwa waktu yang terus bergulir hanya akan membuatku semakin dekat pada batas keberadaanku di dunia ini. Saya tahu bahwa semua kita punya batas untuk menikmati kehidupan dunia ini untuk berikutnya menjadi pintu menuju kehidupan berikutnya. Jika pernah ditakdirkan untuk lahir di dunia ini, tentunya akan ditakdirkan pula untuk berakhir di dunia ini dengan kematian. Oleh karena itu, satu juli selalu berarti untukku. Mengartikan bahwa batas berbuat dan melakukan sesuatu yang ingin dilakukan sudah tidak akan sesenggang sebelumnya.
Banyak capaian hidup yang telah dicapai dengan evaluasi hasilnya masing-masing, tentunya masih lebih banyak capaian yang belum tercapai sehingga menjadi suatu harapan untuk dapat mencapainya di waktu-waktu sisa yang entah masih berapa lama lagi. Rasa senang dan sedih pastinya selalu meliputi dinamika kehidupan kita, namun rasa syukur atas segala rasa sering luput diekspresikan kepadaNya Sang Pemilik Hidup.
Satu juli kali ini masih dalam kesendirian dalam 10 tahun terakhir ini. Satu juli kali ini, Allah takdirkan berada di dalam bulan mulia, Ramadhan. Satu juli kali ini saya lewati untuk menunggu waktu sidang kelulusanku pada jenjang strata satu. Satu juli kali ini kubuka dengan tilawahku dalam target-target ramadhanku. Satu juli kali ini kuberada dalam suatu proses pendewasaan yang bisa kurasakan berbeda dari yang waktu-waktu sebelumnya.
Usia yang ke-25 dalam satu juli ku kali ini, membuatku banyak merenung. Betapa beruntungnya saya lahir dalam keluargaku dan menjadi seorang yang memiliki identitasku seperti ini. Tidak banyak hal yang bisa dibanggakan dengan keberadaanku selama 25 tahun ini, namun setidaknya saya mengetahui langkah apa yang saya ambil dan bagaimana melanjutkan sisanya. Meskipun untuk meraih apa yang ada saat ini tentunya tidak hanya dengan cara yang baik, sering bahkan saya terjebak dengan cara-cara hidup buruk yang penuh dengan kelalaian.
Kulihat tayangan di media elektronik beberapa waktu terakhir ini, saya lihat bagaimana pesta demokrasi di Indonesia marak dengan segala pernak-perniknya. Saya lihat bagaimana para balita dan anak-anak di suatu stasiun TV melafalkan ayat suci dengan lantang dan berani dengan keluguannya masing-masing. Saya lihat bagaimana kabar saudara-saudara saya di Malaysia, di Mesir, di Amerika, di Suriah, di Palestina, di Thailand, di Afrika Tengah, di Wamena, dan tentunya di sekitar Jabodetabek tempatku saat ini. Banyak kekacauan, banyak saling tuding, meskipun kita tidak boleh lupa bahwa masih banyak keindahan di bumi Allah ini dan sayangnya ini yang banyak membuat orang terlena,,,
Haha, merasa ngalor ngidul ngetiknya...
Kupinta di saat sebagian besar orang terlelap dengan selimutnya di malam ini, semoga Allah segera memperlihatkan kuasaNya pada orang-orang sombong nan angkuh. Semoga Allah selalu meneguhkan saudara-saudaraku yang terzalimi dan tetap tegar memegang Islam sebagai prinsip dan gaya hidupnya. Semoga Allah segera memberi kesadaran dan jalan hidayah kepada saudara-saudaraku yang terlena karena nikmat dunia fana yang meliputinya saat ini. Semoga Allah amanahkan pemimpin yang adil dan cinta rakyat serta bekerja dengan optimal atas segala potensi diri yang Dia anugerahkan pada bumi Indonesia tercinta ini. Semoga saya bisa menjadi salah satu bagian dari kebaikan yang banyak tersedia, semoga ini dapat membuat Allah berkenan untuk menatapku dan membiarkanku menyibak tabir di pertemuan yang Dia janjikan kelak. Semoga kesempatan satu juli kali ini membuatku lebih terpacu untuk membuat semua langkah saya ambil betul dengan kulitas terbaik agar laik menjadi hambaNya.
Di keheningan malam satu juli ini, banyak harapan yang sulit saya ketik, yang sulit saya gambarkan dalam kata, hanya dapat menyempurnakannya dengan sebanyak-banyaknya hamdalah dan istighfar. Semoga Dia berkenan...
Rasa rindu entah kenapa mendera begitu dalam. 14 tahun sudah berlalu, sebulan lagi. Suara khasnya yang memanggilku, wajahnya yang penuh dengan senyuman, pelukan sayangnya, kecupan di pipi dan kening yang menjadi ritual pagi hari, begitu dekat terasa. Seakan dia berada di hadapanku ketika kututup mataku sejenak. Seakan melihat ke arahku, tersenyum simpul. Selalu menjadi melankolis ketika mengingatnya...
Kuingat saat 50.000 uang kuambil dari lemari ibuku tanpa sepengatahuannya membuatku dimarahi sepanjang hari hingga dipukul. Tangisku tidak cukup membuatnya iba, sepanjang hari hingga tak pernah lagi berani ku mengambil sesuatu tanpa meminta ijin sebelumnya. Berbeda dengan ibuku, dia hanya terdiam melihatku di malam itu. Mataku yang bengkak hanya dapat tertunduk malu, "pasti ini adalah hal yang paling memalukan", batinku. Dia tidak memarahiku apalagi memukulku. Kuingat, sangat jelas dia hanya menceritakan sebuah kisah di zaman Nabi Muhammad tentang seorang sahabat yang diamanahkan untuk menjaga domba yang banyak. Saking banyaknya sampai pemiliknya pun pasti tidak tahu persis ada berapa banyak, ketika ada seorang yang berniat membelinya dia enggan menjual. Meskipun si calon pembeli mengatakan, "pasti tuanmu tidak tau, juallah satu untukku dan kau akan mendapat keuntungan". Namun si penggembala domba hanya menggeleng dan menjawab, "tuanku mungkin tidak tahu, tapi Tuhanku pasti tahu". Kisah ini di malam itu tidak membuatku terluka, namun tangisku serasa lebih kencang akibat sakit yang kutahan di siangnya. Dialah bapak, selalu begitu. Tidak lama aku bersamanya, namun dia selalu membuat bekas di setiap catatan hidupku.
Kuingat ketika siang itu aku merengek meminta dibelikan sebuah baju. Tidak seperti biasanya, keinginanku kali ini ditolaknya. Aku hanya diam, tapi sesampainya di rumah aku enggan berbicara. Dia tahu, dia tahu kalau aku ngambek. Besoknya aku pergi kembali ke toko baju tersebut meskipun dia sebenarnya tidak sepenuh hati membelikanku karena tidak berkenan dengan model bajunya. Dialah bapak, yang selalu membuatku serasa seorang putri yang tidak boleh ditantang keinginannya.
Kuingat beberapa waktu kami ditinggal ibu yang sibuk dengan beberapa acara keluarga di kampung halamannya. Kami di rumah hanya bertiga, aku, adik, dan dia. Aku jadi banyak belajar masak, semua masakannya jauh lebih enak dari makanan sehari-hari yang selama ini disediakan ibu. Dia mengenalkanku segala jenis ikan, meskipun sampai sekarang aku tidak bisa menghafal nama-nama ikan tersebut, tapi aku tahu persis jenis ikan mana yang enak dijadikan untuk dimasak dengan caranya masing-masing. Dia juga mengajarkanku bagaimana membuat es lilin yang enak. Dialah bapak, selalu saja membuatku takjub.
Kuingat saat kelas 1 SD berlalu dan aku belum juga bisa membaca. Sepulang dari diterimanya rapor siang itu, ibu mengeluh kepadanya tentang apa yang disampaikan wali kelasku. Dia hanya diam. Malam itu dia memintaku untuk belajar bersamanya, namun tidak seperti biasanya... Aku harus menahan kantuk bahkan sampai hilang rasa kantukku karena aku tidak diperbolehkan tidur sampai aku bisa menyambungkan ejaan yang sudah kukuasai. Akhirnya berakhir dengan keluarnya air mataku. Ajaib, besok paginya aku sudah bisa membaca dan sejak saat itu membaca adalah salah satu hal yang kusenangi selain memasak. Dialah bapak, keras di tempat yang tidak pernah kuduga. Keras untuk masalah pelajaran, namun sangat lembut hatinya.
Kuingat setiap siang hari datang sepulang sekolah kala itu, aku selalu ingin ikut bersamanya ke Bank Exim. Aku selalu suka dengan pegawai bank nya yang ramah, aku selalu senang ketika melihat meja tinggi yang mengahalangi penglihatanku bisa kuraih dengan sedikit raihan tangannya yang mengangkatku untuk melihat pegawai menghitung uang yang selalu sudah rapi. Kadang aku sendiri yang disuruh pergi dengan membawa berjuta-juta uang dengan kantong kresek hitam. Malam hari sebelum ke bank dia akan merapikan semua uang itu dari pecahan Rp100 hingga Rp50.000, tidak akan kau temukan sekecilpun lipatan dari uang yang dirapihkannya. Lirihnya, agar pegawai bank mudah menghitung uangnya. Ah, dia bahkan selalu memperhatikan kemudahan pekerjaan orang lain. Sejak itu, aku lihai dalam merapikan uang, membuat catatan pembukuan, dan senang dengan hal yang berhubungan dengan uang. Di masa-masa kemudian aku sering diamanahi sebagai bendahara dan ketua koperasi. Dialah bapak, darinya kupelajari semangat bekerja dan bagaimana memaknai uang.
Kuingat setiap pulang ke kampung, semua orang akan berkumpul di rumah nenek, hampir semua ibu-ibu dan anak-anak. Dia akan membagi-bagikan uang, semua orang menjadi senang. Bahkan dia selalu mendahulukan untuk berkunjung ke orang tua ibuku dibanding ke orang tuanya sendiri. Dia selalu membawa beberapa bahan pokok dari toko kami di Wamena, padahal di kampung ibuku juga banyak. Ah, selau tidak bisa kupahami saat itu, mengapa dia begitu baik pada semua orang? Semua orang menyayanginya. Dialah bapak, yang mengajarkanku tanpa kata bagaimana rasanya nikmat berbagi.
Kuingat setiap adzan berkumandang, tak satupun shalat lalai darinya. Dia bahkan menutup kiosnya kala pelanggan ramai tak jadi soal, dia bersegera menghadap panggilan Tuhannya. Bahkan di saat kolesterol membuat kakinya tak sanggup bergerak, dia meminta dibawakan segayung air dan baskom untuk berwudhu. Ah bukan segayung, tapi dua gayung. Segayung lagi dipakainya untuk sikat gigi. Dialah bapak, sepeninggalnya baru kuikuti rajin shalat dan sikat giginya. Walaupun ku tahu, belum bisa menyamai semangatnya. Dialah bapak, yang tidak pernah memaksa dan hanya mengajak, tapi kutahu itu pasti dari dalam hatinya.
Kuingat ketika aktivitas mengaji sore sudah menjadi membosankan, dia menawarkan mengajarkan aku dan adikku untuk mengaji setelah shalat maghrib bersama kami. Kuingat, aku dan adikku akan berlomba untuk lebih dulu agar bisa menonton setelah itu. Sekali aku melewati satu lembar untuk mempercepat waktuku mengaji, tak kusangka dia hafal dan tahu kalau aku melewati satu lembar. Dengan rendah hatinya dia menugurku dan menyangka aku kelebihan selembar dalam membuka halaman berikutnya. Dialah bapak, yang selalu membuatku bangga.
Kuingat dibersamanya kami menonton acara televisi yang dia favoritkan, yaitu berita, aku tidak akan berhenti bertanya tentang kosa kata yang baru kudengar sepanjang hidupku. Dia bisa menjelaskan dengan mudah kepadaku. Kuingat di malam tahun baru kala itu selalu dibicarakan tentang alien, dikebingunganku aku mengajaknya untuk berdiskusi. Kebiasaan kami pada malam tahun baru sama saja dengan malam-malam yang lain, paling spesial dia akan mengijinkan kami untuk menyewa kaset dan menonton film bersama. Di malam yang bising dengan petasan itu, aku duduk bersamanya di dalam kamar dan mempertanyakan perihal alien. Dia hanya menjawab, "bapak tidak tahu, tapi di dalam Alquran disebutkan ada makhluk lain selain manusia dan jin dan semuanya hanya menyembah Allah, berbeda dengan manusia dan jin", dengan ketidakmengertianku yang banyak pada saat itu minimal aku mendapatkan jawabanku. Dialah bapak, dia tahu segalanya menurutku.
Kuingat ketika pagi datang, ini adalah saat-saat yang sangat kunantikan.Walaupun mataku sudah tidak bisa terpejam, akan kusengaja menutupnya hingga dia datang membangunkanku dengan lembut, hingga dia menyibak bantal atau selimut yang sengaja kupakai untuk menutup wajahku. Kutunggu hingga dia menarikku dengan mesra dan berkata air mandinya nanti keburu dingin. Aku dan adikku akan berebut selimut lagi setelah dari kamar mandi dan akan beranjak setelah wangi sarapan yang disediakannya telah menggoda penciuman kami. Dialah bapak, selalu membuatku bisa manja dengannya.
Kuingat di suatu malam ketika kami sekeluarga selepas bersilaturahim ke rumah tante, aku dan adikku berakhir dengan pertengkaran mic yang hanya dua sementara kami sudah bertiga pada saat itu dan semuanya ingin karaokean, hingga akhirnya kami dipaksa tidur oleh ibu. Belum bisa terpejam mataku, sayup-sayup kudengar seorang perempuan meminta tolong. Ternyata warna merah dengan efek panasnya telah besar membumbung tepat di sebelah rumah kami, kebakaran. Belum kulihat sosoknya, namun kepanikanku meninggi. Hingga aku, adik lelaki, adik bayi, dan ibu juga pengasuhku waktu itu sudah selamat belum kulihat dia. Ibu memperhatikan kami, dan seperti terlihat janggal, ada adik perempuanku yang belum ada. Ibu memaksa masuk ke dalam besarnya merah itu, polisi tidak sanggup menghalanginya hingga akhirnya berhasil membawa keluar adik perempuanku. Tangisnya pecah, karena baru terbangun setelah keluar dari rumah itu dan kaget melihat bentuknya yang sudah berbeda. Masih belum kulihat dia,,, ternyata dia masih mengusahakan ibu tetanggaku yang terjebak dalam rumah mereka. Ibu menyalahkan dia yang lebih mendahulukan orang lain dibanding adik perempuanku, tapi kutahu bukan begitu maksudnya. Tetanggaku hanya berdua bersama ibunya, yang lain sedang mengadakan perjalanan dan tetanggaku itu keduanya perempua. Aku tahu dia yakin ibu bisa membawa kami semua di tempat yang aman. Dialah bapak, yang selalu mengajarkanku akan peentingnya hidup bukan hanya hidup sendir namun juga hidup orang lain.
Kuingat suatu malam ketika keberadaanku jauh darinya, ramai orang dengan suara tidak jelas namun berisik di ruang luar. Aku hendak berdiri namun sepupuku menyuruhku kembali tidur. Tidak ada rasa yang aneh, namun ini tidak biasa terjadi kukira ada tamu yang tidak kukenal datang menginap sehingga selarut itu belum tidur. Kurebahkan kembali badanku, namun seketika dering telepon tepat di atasku membuatku kembali berdiri, dengan cekatan telpon itu sudah berada di genggaman tanganku. Baru kusapa dengan "halo", tiba-tiba suara seorang perempuan dengan terisak menyuruhku untuk bersabar, "bapakmu meninggal". Hatiku tiba-tiba hampa, tiada linangan air dari mataku, hanya nelangsa terasa. Dengan cepat sepupuku meraih gagang telpon, berbicara dengan tanteku yang ada di ujung telpon yang lain, menutupnya dan segera memeluk tubuh kecilku. Sepekan lagi EBTANAS, aku bergegas pagi itu ke rumah temanku untuk berkenan memintakan ijin atas ketidakhadiranku. Masih tak ada tangis, hingga temanku bingung. Aku tahu aku sedih, tapi dia selalu mengajariku untuk menjadi perempuan kuat yang tegar. Aku sadar itulah waktu di mana tak akan kudapati dia dengan segenap ingatanku tentangnya. Dialah bapak, bapak yang selalu kuharapkan seperti dialah mestinya seorang lelaki.
Kuingat, kuingat, kuingat, sekelebat kisah romantis, segunung kisah sulit kami, sedalam kebahagiaan yang diusahakannya. Tapi dia selalu berhasil menyentuh di hatiku, dia selalu berhasi membuatku bangga akan adanya, dia selalu menjadi alasanku untuk terus berjuang. Dia mengenalkanku pada Tuhanku bahkan setelah lama di ketiadaannya. Alhamdulillah aku tahu maksudnya, aku tahu apa yang diinginkannya. Sesesak dada rasaku saat ini, sehangat air yang keluar tiap bulir dari mataku, teriring doa semoga Allah menjaganya di alam barzakh, melapangkan kuburnya, dan memberikan kebaikan atasnya. Dialah bapak, kubangga atasnya. Dialah bapak, yang selalu kuharap dapat bertemu dan tinggal bersamanya kelak di surgaNya.
Deminya akan terus kuusahakan menjadi seorang anak yang solihah, agar doa-doaku bisa menjadi tabungan amal untuknya kelak di hari pembalasan. Deminya akan selalu kuusahakan menasihati ibu dan membersamainya, karena kutahu betapa dalam cintanya pada ibu walaupun tidak bisa ibu dibandingkan dengan kualitas bapak. Deminya akan selalu kuusahkan menjadi teladan untuk adik-adikku, tak peduli seberapa perih, tak peduli seberapa banyak egoku yang mesti kuturunkan bahkan kucabut, karena kutahu betapa beruntungnya waktuku dulu lebih banyak bersamanya dibanding adik-adikku, ingin kuceritakan kepada mereka bahwa betapa sayangnya dia kepada kalian. Dialah bapak, bapakku sayang.
14 tahun berlalu, namun 11 tahun bersamanya lebih terasa dibanding keberlaluan waktu yang telah lewat. Rabb, sayangi dia. Rabb, lindungilah dia. Rabb, berikan tempat terbaik untuknya di sisiMu. Dialah bapak...
Di riak-ramai gemuruhnya hatiku, di tenangnya ruanganku
Depok, 27 Juni 2014
17.04
Dalam setiap hadits saat ini selalu diawali dengan
bab niat. Meskipun niat ini bukan hadits utama yang disampaikan oleh
Rasulullah, namun para ulama bersepakat niat ini yang mengawali segala amalan
kita. Niat saja tidak cukup, dijelaskan pula bahwa ikhlas dalam niat merupakan
syarat diterimanya amal.
Melakukan keikhlasan, tidaklah semudah
mengatakannya. Sebagaimana pernah diakui oleh seorang ulama besar Sufyan
ats-Tsauri, beliau berkata, “Tidak ada suatu perkara yang paling berat bagiku
untuk aku obati daripada meluruskan niatku, karena niat itu bisa berubah-ubah
terhadapku.”
Ikhlas merupakan suatu ilmu, bukan kebiasaan.
Sehingga bisa saja dia dilakukan oleh siapapun. Tidak bergantung pada perangai
ataupun kebiasaan orang. Sehingga ikhlas bukan sekedar pilihan, tapi adalah
suatu perkara sifat yang menempel pada diri seseorang yang diasah dengan
pemahaman dan kebiasaan.
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya
menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam
(menjalankan) agama yang lurus.” (QS. Al-Bayyinah: 5)
Memang benar, ikhlas adalah rahasia, rahasia dalam
hati masing-masing insan. Dan ikhlas adalah rahasia dari rahasia yang teramat
lembut, sehingga samar dari dugaan semua yang hidup. Begitu samar dan
tersembunyi, sehingga sulit bagi diri seseorang atau orang lain untuk mengukur
kemurniannya. Dalam hadits Rasulullah SAW dikatakan:
“Keikhlasan adalah rahasia yang diambil dari
rahasia-rahasia-Ku. Aku telah menempatkannya sebagai amanat di hati sanubari
hamba-hamba-Ku yang Aku Cinta.” (HR. al-Qazwaini)
Hasan al-Banna pernah berkata tentang makna ikhlas,
“Ikhlas adalah seorang saudara muslim yang bermaksud dengan kata-katanya,
amalnya, dan jihadnya, seluruhnya hanya kepada Allah, untuk mencari ridha Allah
dan balasan yang baik dari Allah dengan tanpa melihat kepada keuntungan,
bentuk, kedudukan, gelar, kemajuan, atau kemunduran. Dengan demikian ia menjadi
tentara aqidah dan fikrah dan bukan tentara keinginan atau manfaat.”
Definisi ikhlas ini memang dimaknai cukup banyak
oleh alim. Banyak di antara kita melihat keikhlasan adalah suatu bentuk
perilaku di mana pelaksanaannya jika kita benar – benar rela. Namun, ikhlas
juga dapat dimaknai dengan menjalankan perintah Allah karena sebab taat dan
takwa meskipun berat melaksanakannya. Jadi, tidak selamanya ikhlas itu harus
dengan rela dan mudah dilaksanakan.
Salah satu sebab jauhnya diri kita dari ikhlas
ialah sifat ‘ujub, sifat berbangga diri yang berlebihan, dan menganggap
orang lain tidak lebih baik dari diri kita. Sifat ini yang sering muncul tanpa
kita sadari, yang mampu merobek-robek keikhlasan dalam diri kita. Ia yang mampu
menodai kemurnian ikhlas dalam hati dan ia yang mampu mengotori hati dengan
lendir-lendir kenistaan.
Tentunya kita tidak ingin, keikhlasan yang ada di
dalam hati ini, keikhlasan yang selalu kita jaga ini, ternodai dan bahkan
terkotori. Dan hal yang dapat kita lakukan untuk menjaga keikhlasan adalah
dengan menghapus sifat ‘ujub itu dari dalam hati, membuangnya jauh-jauh
tanpa tersisa. Dimulai dengan hal yang kecil dan sederhana, yaitu anggaplah
orang lain lebih baik daripada diri kita, anggaplah ia lebih mulia di sisi
Allah.
Jikalau kita melihat seseorang yang lebih muda
daripada kita, maka hendaklah kita berkata, “Anak ini masih muda usianya, belum
banyak berbuat dosa dan bermaksiat kepada Allah, sedangkan aku yang sudah lebih
tua darinya tentu telah banyak berbuat dosa dan bermaksiat kepada Allah. Maka
tiada keraguan lagi bahwa ia lebih baik daripada aku di sisi Allah.”
Jikalau kita melihat seseorang yang lebih tua
daripada kita, maka hendaklah kita berkata, “Orang tua ini sudah beribadah
kepada Allah lebih dahulu daripada aku, maka tiada keraguan lagi bahwa ia lebih
banyak pahalanya, lebih mulia daripada aku di sisi Allah.”
Manakala kita melihat orang alim, maka hendaklah
kita berkata, “Orang alim ini telah dikaruniakan kepadanya bermacam-macam
pemberian ilmu yang tidak dikaruniakan kepadaku. Ia telah sampai ke martabat
yang aku tak sampai kepadanya, dan ia mengetahui berbagai masalah yang tak aku
ketahui, maka bagaimana aku bisa sepertinya sedangkan diriku masih bergelimang
dengan dosa dan maksiat?”
Bila kita melihat orang yang bodoh, maka hendaklah
kita berkata, “Orang ini bodoh lantas ia berbuat maksiat kepada Allah dengan
kejahilannya, tetapi aku berbuat maksiat dengan ilmuku, dengan kesadaranku,
maka bagaimana aku dapat mempertanggungjawabkannya di hadapan Allah nanti?”
Saat kita menyaksikan orang fasik atau ahli
maksiat, maka hendaklah kita berkata, “Benar orang ini jasadnya bergelimang
dalam kemaksiatan dan dosa, tapi siapa yang tahu kalau sebenarnya hatinya
selalu benci pada kemaksiatan yang ia lakukan, dan bersamaan dengan itu ia
tetap mengagungkan Tuhannya. Terbuka kemungkinan suatu saat nanti ia bertaubat
dan menyesali perbuatannya, lalu ia melakukan amal shalih yang nilainya lebih
tinggi di mata Allah daripada aku. Sedangkan aku sendiri sampai saat ini dan
nanti, tidak pernah tahu apakah ketaatanku itu diterima oleh Allah atau tidak.
Dan aku juga tidak pernah mengetahui apa yang akan terjadi pada diriku esok
hari.”
Di kala kita melihat orang kafir, maka hendaklah
kita berkata, “Aku tidak tahu, kemungkinan orang kafir ini akan beriman,
memeluk agama Islam dan akhirnya mempunyai husnul khatimah, sedangkan
aku tidak tahu apakah akan bisa menjaga keimanan ini hingga akhir hayat dan
mendapatkan husnul khatimah?”
Pertanyaan seperti ini bukan mengada-ada, tapi
pasti dan yakin. Karena jika kita bertanya, siapakah yang dapat memastikan
kalau kita dapat menjaga keimanan ini hingga akhir hayat, lalu kita memperoleh husnul
khatimah? Siapa yang bisa tahu secara pasti kalau dirinya pasti diampuni
oleh Allah? Siapakah yang dapat menjamin kalau diri kita pasti selamat di
akhirat? Semua itu adalah rahasia Allah, yang tiada seorang pun yang dapat mengetahuinya.
Bahkan beliau, Rasulullah SAW berkata:
“Katakanlah: Aku tidak mengatakan padamu, bahwa
perbendaharaan Allah ada padaku, dan tidak (pula) aku mengatakan kepadamu bahwa
aku seorang malaikat. Aku tidak mengikuti kecuali apa yang diwahyukan kepadaku.
Katakanlah, ‘Apakah sama orang yang buta dengan yang melihat?’ Maka apakah kamu
tidak memikirkan(nya)?” (QS. Al-An’aam: 50)
“Katakanlah, ‘Aku tidak berkuasa menarik
kemanfaatan bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudharatan kecuali yang
dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang ghaib, tentulah aku
membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudharatan.
Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi
orang-orang yang beriman.’” (QS. Al-‘Araaf: 188)
—
Referensi: Mahmud Ahmad
Mustafa, Dahsyatnya Ikhlas.
Persiapan: Menyiapkan anak laki-laki mimpi basah (Aqil Baligh). by Elly Risman Ykbh
Dear Parents… Tahukah anda, bahwa anak laki-laki yang belum baligh dijadikan sasaran tembak bisnis pornografi internasional? Mengapa demikian ? Karena anak laki-laki cenderung menggunakan otak kiri dan alat kemaluannya berada di luar. Di berbagai media (Komik, Games, PS, Internet, VCD, HP), mereka menampilkan gambar-gambar yang mengandung materi pornografi, melalui tampilan yang dekat dan akrab dengan dunia anak-anak. Dengan berbagai rangsangan yang cukup banyak dari media-media tersebut, dan asupan gizi yang diterima anak-anak dari makanannya, hormon testosterone di dalam tubuh bergerak 20 kali lebih cepat. Sehingga, testis mulai memproduksi sperma. Dan kantung sperma menjadi penuh. Karena itu, anak laki-laki kita dengan mudahnya mengeluarkan mani lebih cepat dari yang lainnya dan kadang-kadang, dengan banyaknya ‘rangsangan’ dari berbagai media tersebut, mereka tidak perlu dengan bermimpi!
Dear Parents… Menyiapkan anak kita memasuki masa baligh adalah tantangan besar bagi kita sebagai orang tua. Kelihatannya sepele, namun sangat penting bagi mereka untuk mengatahui seputar masa baligh agar mereka tumbuh menjadi pribadi yang memiliki seksualitas yang sehat, lurus dan benar. Memang banyak kendala yang kita hadapi : tabu & saru, bagaimana harus memulainya, kapan waktu yang tepat untuk memulai, sejauh mana yang harus kita bicarakan, dan lain-lain. Memang tidak mudah untuk mendobrak kendala-kendala tersebut, namun jika kita tidak melakukannya sejak dini, bisa jadi mereka mendapatkan informasi-informasi yang salah dari sumber yang tidak jelas. Jadi, salah satu kewajiban orang tua adalah menyiapkan putra putrinya memasuki masa puber/baligh. Biasanya anak perempuan yang lebih sering dipersiapkan untuk memasuki masa menstruasi. Jarang, para ayah yang menyiapkan anak laki-lakinya menghadapi mimpi basah. Ini adalah tanggung jawab Ayah untuk membicarakannya kepada mereka. Mengapa harus ayah ? Karena anak laki-laki yang berusia di atas 7 tahun, membutuhkan waktu yang lebih banyak dengan ayahnya, dari pada dengan ibunya. Dan jika bicara seputar mimpi basah, ibu tentu tidak terlalu menguasai hal-hal seputar mimpi basah dan tidak pernah mengalaminya bukan? Namun, bila karena satu hal, ayah tak sempat dan tidak punya waktu untuk itu, ibu-lah yang harus mengambil tanggung jawab ini.
Tips Menyiapkan Anak Laki-laki Menghadapi Mimpi Basah Untuk pertama kali, kita akan membicarakan tentang apa itu mimpi basah, dan bedanya mani dengan madzi, dan apa yang harus dilakukan jika keluar cairan tersebut. Agar anak bisa membedakan antara mani dengan madzi, persiapkan terlebih dahulu alat-alatnya :
Untuk mani : Aduk kanji/tepung sagu dengan air, jangan terlalu encer, hingga masih ada butir-butir kecilnya. Beri sedikit bubuk kunyit, hingga menjadi agak kuning. Taruh di wadah/botol.
Untuk madzi : Beli lem khusus, seperti lem UHU. Berikutnya siapkan waktu khusus dengan anak untuk membicarakannya. Apa saja yang harus disampaikan :
Pertama, sampaikan kepada mereka bahwa saat ini mereka telah tumbuh berkembang menjadi remaja, dengan adanya perubahan-perubahan pada fisik mereka. Dan sebentar lagi mereka akan memasuki masa puber / baligh. Contoh : “Nak.. ayah lihat kamu sudah semakin besar saja ya.. Tuh coba lihat tungkai kakimu sudah semakin panjang, suaramu sudah agak berat. Waah..anak ayah sudah mau jadi remaja nih. Nah, ayah mau bicarain sama kamu tentang hal penting menjelang seorang anak menjadi remaja atau istilahnya ia memasuki masa puber / baligh”
Di awal, mungkin mereka akan merasa jengah dan malu. Namun, yakinkan kepada mereka, bahwa membicarakan masalah tersebut merupakan tanggung jawab kita sebagai orang tua, yang nanti akan ditanyakan oleh Allah di akhirat.
Ketika berbicara dengan anak laki-laki yang belum baligh, gunakan the power of touch. Sentuh bahu atau kepala mereka. Hal ini telah dicontohkan oleh Rosulullah Muhammad yang sering mengusap bahu atau kepala anak laki-laki yang belum baligh. Hal ini dapat menumbuhkan keakraban antara ayah dengan anak. Jika sudah baligh, mereka tidak akan mau kita sentuh.
Gunakan juga jangkar emosi (panggilan khusus, yang bisa mendekatkan hubungan kita dengan anak), misalnya: nak, buah hati papa, jagoan ayah, dan lain-lain.
Sampaikan kepada anak kita : Tentang mimpi basah & mani
• Bahwa karena ia telah memiliki tanda-tanda / ciri-ciri memasuki masa puber, maka pada suatu malam nanti, ia akan mengalami mimpi sedang bermesraan dengan perempuan yang dikenal ataupun tidak dikenal. Dan pada saat terbangun, ia akan mendapatkan cairan yang disebut mani. (Kita beri tahukan kepada mereka contoh cairannya, yaitu cairan tepung kanji yang telah kita persiapkan). Peristiwa itu disebut mimpi basah. • Jika seorang anak laki-laki telah mengalami mimpi basah, tandanya ia sudah menjadi seorang remaja / dewasa muda. Dan mulai saat itu, ia sudah bertanggung jawab kepada Tuhan atas segala perbuatan yang ia lakukan, baik berupa kebaikan maupun keburukan. Pahala dan dosa atas perbuatannya itu akan menjadi tanggungannya. Dalam agama Islam, ia disebut sudah mukallaf. • Beritahukan kewajiban yang harus dilakukan setelah mengalami mimpi basah (sesuai dengan ajaran agama masing-masing). Dalam Islam, orang yang mimpi basah diwajibkan untuk mandi besar / mandi junub, yaitu :
Bersihkan kemaluan dari cairan sperma yang masih menempel.
Cuci kedua tangan.
Berniat untuk bersuci ("Aku berniat mensucikan diri dari hadats besar karena Allah"). Minta ia untuk melafalkannya.
Berwudhu.
Mandi, minimal menyiram air ke bagian tubuh sebelah kanan tiga kali, dan ke bagian sebelah kiri sebanyak tiga kali, hingga seluruh anggota tubuh terkena air.
Cuci kaki sebanyak tiga kali.
• Setelah kita terangkan, minta kepadanya untuk mengulangi apa yang telah kita sampaikan tentang madzi • Jika ia melihat hal-hal / gambar-gambar yang tidak pantas dilihat oleh anak (gambar yang tak senonoh), maka bisa jadi, ia akan mengeluarkan cairan yang disebut madzi. (Kita beri tahukan kepada mereka contoh cairannya, yaitu lem UHU). • Cara membersihkannya cukup dengan : mencuci kemaluan, mencuci tangan lalu berwudhu. • Ingatkan kepadanya, jika ia tidak melakukannya, ia tidak bisa sholat dan tidak bisa membaca Al Qur’an. • Setelah kita terangkan, minta kepadanya untuk mengulangi apa yang telah kita sampaikan.
Hal penting yang harus kita ingat sebelum membicarakan masalah ini kepada anak adalah kita berlatih dahulu bagaimana cara menyampaikannya. Mengapa ? Agar komunikasi yang akan kita lakukan tidak tegang, dan berjalan dengan hangat. Agar anak merasa nyaman dan ia dapat menerima pesan yang kita sampaikan dengan baik. Selamat mencoba …