Selasa, 02 Desember 2014

Titik Balik

Sebenarnya hal ini terus menjadi motivasi untuk terus memperbaharui semangat menuju kualitas hidup yang terus membaik. Tiba-tiba ada seorang adik menanyakan via whatsapp apa titik balik dari kehidupanku. Sambil tersenyum mengingat beberapa potongan episode kehidupan, bingung kemudian apa yang akan kutulis untuk membalas pertanyaan adik solihah itu :)

Bagi saya masa lalu adalah masa yang selalu menjadi tolak ukur, menjadi standar berikutnya untuk menentukan target kualitas hidup masa mendatang. Laiknya keimanan yang dipesankan oleh Sayyidina Ali ra sebagai sesuatu yang selalu fluktuatif, masa lalu sangat berguna diambil hikmahnya untuk memastikan grafik yang fluaktif itu tetap berada pada posisi menanjak. Kita semua pasti pernah melakukan hal yang benar dan juga tidak jarang melakukan kesalahan. Semakin mempelajari Islam dan berazam untuk memegang teguhnya sebagai gaya hidup, membuatku tidak pernah bosan mengikuti kajian, membaca buku, atau apapun yang dapat menambah pengetahuanku. Semakin seringnya belajar, semakin banyak hal yang diketahui, menyadarkanku bahwa betapa tiada mengetahuinya saya. Dan ini menjadi motivasi besar saya tidak selalu puas dalam belajar, olehnya kehidupan ini adalah perjalanan panjang pembelajaran.

Waktu pertama kali mengikuti pesantren kilat, seketika tersadar bahwa menutup aurat itu adalah satu perintah yang Allah perintahkan. Rasanya seperti selama ini "kemane aje", sekian tahun belajar baca Quran, membacanya berulang, tapi sampai umur segitu  baru ngeh. Semoga Allah ampuni kelalaian yang ada. Dengan tekad bulat akhirnya saya merealisasikan hidayah untuk menuju pada seruanNya setelah pesantren kilat berakhir. Tidak sedikit sambutan berupa olokan dari orang di jalanan yang tidak saya kenal ketika saya melewati mereka, bahkan dari salah satu guru yang selama ini yang saya kagumi juga menyampaikan ketidakrelaannya saya menggunakan kerudung, tapi semua itu malah menguatkan saya untuk istiqamah.

Tiga tahun kemudian, membuatku melepas kerudung itu. Bagaimana mungkin, pergaulanku menjadi standar bagaimana kerudungku diartikan semua orang, dan saya menjadi gerah dengan persepsi terhadap "kerudung gaul". Banyak di antara mereka melihat saya dengan segala kekuranganku menjadi representasi kerudung masa itu. Kegerahan dengan anggapan mengeneralisir itu mengartikan semangatku untuk melepas kerudung itu. Tapi betapa saya harus merasakan ketidaknyamanan yang banyak untuk kemudian membuatku sadar bahwa itu adalah pilihan keliru. Dan akhirnya saya kembali mengenakan kerudungku secara syar'i, mengingat petikan ayat ...Masuklah ke dalam Islam dengan kaafah...

 Hari baru itu saya mulai, tidak satupun teman - teman SMA waktu itu tahu rencana penampilan baruku. Satu sekolah cukup geger, padahal sekolah saya saat ini berada pada lingkungan mayoritas muslim. Sedikit teringat pertemuan awal kelas agama, beberapa orang yang duduk tepat di belakangku berbisik mengira saya salah satu siswa yang beragama non muslim, subhanallah. Hari itu banyak anak kelas lain yang datang untuk melihat penampilan baruku, termasuk para senior, juga di dalam kelas tidak kalah hebohnya. Hari itu juga dengan modal pulsa dan hp temanku yang kupinjam kuputuskan untuk mengakhiri hubungan dengan pacarku yang lagi baik - baiknya (ini kali kesekian hp ku hilang). Kami bahkan berada di pulau yang berbeda, sore hingga dini hari telp di rumah pun tidak kalah ramainya. Mantan pacarku yang saya putuskan secara sepihak tidak menerima keputusanku dan ingin menyampaikan argumennya, tapi saya enggan untuk menerima telpnya karena khawatir goyah hatiku hanya karena alasan tidak tega pada orang yang mengiba. Dini hari, sepupuku yang baru pulang dari rumah temannya untuk urusan tesis tiba-tiba berteriak memanggil namaku dan mengabarkan ada telp dari adikku, dengan semangat segera kuangkat. Baru berujar "halo", seketika sapaanku dibalas dan saya tahu orang yang berada di seberang sana bukan adikku. Kenapa pula saya lupa kalau ini dini hari dan mana mungkin adikku menelpon? Mau tidak mau harus saya hadapi, "Kenapa Diba minta putus?", tanyanya. "Seperti yang saya sampaikan, kalau saya ingin berislam dengan baik dan pacaran merupakan aktivitas yang banyak mengandung hal yang dilarang agama setahuku", jawabku. "Tapi kan kita berjauhan, tidak mungkin bikin apa-apa juga kok", sanggahnya. "Iya, tapi maaf ini sudah jadi keputusanku", seketika kututup telepon dan berakhirlah percakapan itu hingga beberapa tahun kemudian.

Ah, sudahlah kita sudahi saja kisah itu...

Alhamdulillah saya jadi sangat bersemangat untuk terus mencari tahu tentang Islam sebagai pegangan hidup, sempat ikut pengajian dengan label harakah berbagai macam hingga akhirnya menemukan tambatan hati dengan keluasan pemahaman keislaman yang moderat yang ditawarkan. Saya jatuh cinta dengan konsep dan urutan pencapaiannya, saya tertarik dengan akhlak orang-orang yang bekerja di dalamnya, dan saya berkeinginan menjadi minimal seperti mereka.

Waktu berlalu dan akhirnya Allah takdirkan saya memiliki kesempatan untuk menuntut ilmu di 'Kampus Perjuangan' UI Depok. Di sini saya rasa potensi saya cukup bisa saya gali dengan mempelajari sistem kerja juga berinteraksi dengan berbagai macam orang dengan asal daerah yang juga bermacam.

Berikutnya 'Idealisme Kami' yang dibacakan tiap pagi dalam lima hari PSAF buat saya terilhami apa tujuan hidup saya dan menetapkan keinginan besar di dalam hati. Bahwa, tidak cukup berilmu namun juga perlu memberikan sumbangsih riil pada kehidupan ini. Pikiranku meloncat bermil-mil kilometer pada kampung halamanku yang berada di daerah pegunungan tengah Papua. Azamku waktu itu adalah bersungguh-sungguh mengambil semua saripati ilmu di kampus ini untuk menjadi bekal di kampungku. Dan dimulaillah kehidupan kampusku yang cukup dinamis. Beberapa amanah dipercayakan ke saya, dan selalu coba saya selesaikan dengan baik.

Di liburan panjang tahun pertama saya memutuskan untuk pulang selama 3 bulan untuk membangun link dan mencoba mengenal medan. Alhamdulillah semua berjalan lancar dan terus saya jaga silaturahim yang sudah terbangun selama 4 tahun berikutnya kehidupanku di kampus dan selama itu pula saya tidak pulang secara fisik namun terus mengintensifkan diri dengan segala media komunikasi yang bisa diakses untuk menjaga komunikasi yang sudah ada.

And now, I'm on my hometown. I think whatever you do, you'll be jealous to me hehe.
Maybe at the next posting I'll share how I'm falling in love with my life now. FYI, my jobs now are all of what I wanna do :)

Thanks God, I always beg to You to give chances to be better for my great life. Alhamdulillah...

Senin, 08 September 2014

Izinkan aku mengenalnya...

Tidak lama saat sms seorang teman lama membicarakan satu potongan dari sekian puzzle hidup yang belum terungkap. Suatu perbincangan yang tidak ada satupun bisa memastikan seperti apa akhirnya kecuali Dia. Kubiarkan semua mengalir begitu saja. Yang pasti, kuberharap indahnya dakwah terus mengalir dalam setiap sendi kehidupan yang kujalani, dia menjadi ambisi sekaligus obsesi, kuberharap bersemayamnya tidak hanya sekedar mampir. Kuberharap selamanya hingga batas waktuku tiba...

Masalah merupakan satu hal penting yang membuat dinamisnya hidup. Tanpanya, rasa lega, rasa lapang, rasa senang, bahkan rasa bebas tidak ber-arti. Bukankah setelah datangnya rasa sempit kemudian lega dan lapang akan memiliki ciri rasa? Bukankah setelah datang rasa sedih baru terasa manisnya rasa senang? Dan bukankah rasa terkungkung akan membuahkan rasa bebas? Tidak peduli seberapa besar nilai 'rasa' yang dinikmati tiap orang. Warna inilah yang kemudian membentuk dan membekas menjadi pribadi seseorang. Yah, tanpa masalah tentu tak akan ada solusi. Allah telah menegaskan bahwa hanya orang beriman yang terus akan diuji, hingga terbukti sebenarnya imannya :)

Karena suatu masalah itu pula, Allah hadirkan kau mewarnainya. Tidak berhubungan sama sekali dengan tujuan perjalanan pulangku kali ini, karena ini pertama kalinya perjalanan pulangku tanpa perencanaan matang dan dalam waktu singkat. Tidak seperti perjalanan lainnya, perjalanan pulang selalu dengan perencanaan matang dan dalam jangka waktu yang cukup lama. Tapi tidak dengan alasan pulangku kali ini. Kau hadir seperti menjelma atas jawaban doa selama ini, tapi ragu mengiring... Kaukah itu?

Sebentar kubaca pesan elektronik yang sampai ke ponselku pagi itu, praktis selesai kubaca kemudian habislah daya ponselku, masih dalam perjalanan menemani ibu dan bersiap malam itu perjalanan pulangku. Kuberharap dapat berbicara dengan seseorang dalam tujuan pulangku kali ini, seseorang yang telah 14 tahun mewarnai hidupku. Tapi dalam 2 minggu waktu pulangku, mesti kusimpan segala rasa karena tidak bisa bertemu dengannya. Lebih tidak bisa kupahami apa yang membuatnya berubah dalam setahun setelah 13 tahun kebersamaan kami. Entahlah...

Mesti selalu kuyakini takdirNya selalu terbaik buatku :)

TakdirNya pula yang membuatku bertemu dengannya hanya dalam hitungan hari setelah pertemuan lain yang kuharap terjadi dan malah tidak demikian. Hanya dalam hitungan jam, tidak lebih dari 4 jam dan mesti kuhadapi. Oke, begitu banyak pertemuan di waktu lalu baik yang terencana atau tidak yang kemudian menjadi menyenangkan atau sebaliknya. Dengan jumlah usiaku saat itu, pertemuan dengan siapapun selalu menjadi hal yang menyenangkan. Bukankah Rasulullah sudah menginformasikan bahwa ada berkah di setiap pertemuan (silaturahim)? Jadi, saya terus menghibur hatiku sendiri, "tenanglah, ini hal biasa yang selalu menyenangkan sebelumnya"

Segera kukabari seorang lainnya dan meminta beberapa point yang mesti saya tanyakan dalam pertemuan pertamaku kali ini. Tetap saja ini menjadi tidak biasa. Dan rasa yang ada kali ini tidak terdefinisi,,, "Izinkan aku mengenalnya", pintaku dalam hati...

Akhirnya waktunya datang juga, tetap saja pertemuan teraneh dalam hidupku sejauh ini. Tetap saja, pertemuan pertama tidak bisa serta merta membingkai seseorang menjadi apa yang tergambar di benak sejauh ingatan mengingat, meskipun judging sesaat tidak dapat dielakkan. Semua berlalu hingga beberapa bulan terlewat dan hampir menjadi pertemuan yang terlupakan, pertemuan kali itu ingin dilupakan tepatnya. Tak ada kabar, tak ada hal yang sepertinya menjadi perlu, hingga pesan singkat di ponselku suatu malam sedikit menceritakan kebaikan tentang dirinya yang begitu terasa aneh...

Ternyata, keinginan yang terlintas untuk memulai yang lain dipatahkan dengan pinta lirihku dalam hati waktu itu, dengan ingin mengenalnya. Pinta lirih itu terkabul. Sederet ingin terlintas, tergambar indah walau samar sekilas, terngiang merdu walau tak tampak pelantunnya. Akankah indahnya dakwah tercita itu tergambar dengannya? Ada segurat garis tegas meski perlu tinta yang lebih untuk menebalkannya. 

Selalu ada harapan, namun selalu kupinta padaNya agar mengizinkanku mengenalnya. Kuingin mengenalnya untuk menggambar bersama kebaikan yang Dia janjikan, tak peduli akankah selesai gambar itu dengan kehadiranku,,, hanya berharap gambar itu menjadi sumbangsih peletak pondasi kokoh bangunan peradaban yang Dia janjikan... Kuberharap harmonis sepanjang jalan mengenalnya, karena mengenal tidak pernah bisa berhenti, seperti halnya usahaku hingga detik ini mengenal diriku untuk kupersembahkan terbaik yang bisa kuupayakan atas kemurahanNya

Izinkan aku mengenalnya...

Kamis, 07 Agustus 2014

Rasa C.I.N.T.A

Duhai gadis, maukah ku beritahukan padamu bagaimana mencintai dengan indah ?
Inginkah ku bisikkan bagaimana mencintai dengan syahdu..?
Maka dengarlah…!


Gadis, Saat ku jatuh cinta..
Tak akan ku berucap..
Tak akan ku berkata..
Namun ku hanya akan diam..


Saat ku mencintai, takkan pernah ku menyatakan.
Tak akan ku menggoreskan..
Yang ku lakukan hanyalah diam..


Aku tahu, cinta adalah fitrah..sebuah anugrah tak terperih..
Karena cinta adalah kehidupan.
Karena rasa itu adalah cahaya.
Aku tahu, hidup tanpa cinta, bagaikan hidup dalam gelap gulita..
Namun.. Saat rasa itu menyapa, maka hadapi dgn anggun.
Karena rasa itu ibarat belenggu pelangi, dengan begitu banyak warna.
Cinta terkadang membuatmu bahagia, namun tak jarang membuatmu menderita.
Cinta ada kalanya manis bagaikan gula,
Namun juga mampu memberi pahit yang sangat getir.
Cinta adalah perangkap rasa..
Sekali kau salah berlaku, maka kau akan terkungkung dalam waktu yang lama dalam lingkaran derita.

Kasihku … , Agar kau dapat keluar dari belenggu itu.
Dan mampu melaluinya dgn anggun..
Maka mencintailah dalam hening.
Dalam diam..
Tak perlu kau lari, tak perlu kau hindari.
Namun juga, jangan kau sikapi dgn berlebihan.
Jangan kau umbar rasamu.
Jangan kau tumpahkan segala sukamu..


Cobalah merenung sejenak dan fikirkan dgn tenang..
Kita percaya takdir bukan?
Kita tahu dengan sangat jelas...
Dia, Allah telah mengatur segalanya dengan begitu rapinya?
Jadi, apa yang kau risaukan?
Biarkan Allah yg mengaturnya,
Dan yakinlah di tangan-Nya semua akan baik-baik saja..


Cobalah renungkan...
Dia yang kau cinta, belum tentu atau mungkin tak akan pernah menjadi milikmu..
Dia yang kau puja, yang kau ingat saat siang dan yang kau tangisi ketika malam,
Akankah dia yang telah Allah takdirkan denganmu?

Kasihku… , kita tak tahu dan tak akan pernah tahu..
Hingga saatnya tiba..
Maka, ku ingatkan padamu, tidakkah kau malu jika semua rasa telah kau umbar...
Namun ternyata kelak bukan kau yg dia pilih untuk mendampingi hidupnya?
Kasihku…, Karena cinta kita begitu agung untuk di umbar..
Begitu mulia untuk di tampakkan..
Begitu sakral untuk di tumpahkan..


Dan sadarilah gadis, fitrah kita wanita adalah pemalu,
Dan kau indah karena sifat malumu..
Lalu, masihkah kau tampak menawan jika rasa malu itu telah di nafikan?
Masihkah kau tampak bestari jika malu itu telah kau singkap..
Duhai gadis, jadikan malu sebagai selendangmu..
Maka tawan hatimu sendiri dalam sangkar keimanan..
Dalam jeruji kesetiaan..
Yah.. Kesetiaan padanya yg telah Allah tuliskan namamu dan namanya di Lauhul Mahfuzh..
Jauh sebelum bumi dan langit dicipta..


Maka cintailah dalam hening.
Agar jika memang bukan dia yg ditakdirkan untukmu,
Maka cukuplah Allah dan kau yg tahu segala rasamu..
Agar kesucianmu tetap terjaga..
Agar keanggunanmu tetap terbias..


Maka, ku beritahukan padamu,
Pegang kendali hatimu..Jangan kau lepaskan.
Acuhkan semua godaan yg menghampirimu..
Cinta bukan untuk kau hancurkan, bukan untuk kau musnahkan..
Namun cinta hanya butuh kau kendalikan, hanya cukup kau arahkan..


Gadis... yg kau butuhkan hanya waktu, sabar dan percaya..
Maka, peganglah kendali hatimu,
Lalu..Arahkan pd Nya..
Dan cintailah dalam diam..
Dalam hening..
Itu jauh lebih indah..

Jauh lebih suci…wallohu a'lam 

Izzah Islam

Sebuah catatan di facebook
19 Desember 2010

Rabu, 06 Agustus 2014

"Karena cinta-Nya kepada kita, maka..."

Cinta akhirnya yang membuat kita bertahan.

Kalau bukan karena cinta kita kepada Allah, mungkin kita akan lebih memilih pergi dan berlalu.

Lebih indahnya lagi, kita bisa mencintai Allah, karena bersumber kekuatan dari cinta Allah kepada kita. Dengan cinta-Nya kita dihidupkan. Dengan cinta-Nya pula kita kan kembali kepada-Nya.

Karena cinta-Nya kepada kita, maka kita bisa memiliki rasa cinta kepada-Nya, kepada Islam, kepada dakwah, kepada ummat, kepada sesama.

Karena cinta-Nya kepada kita, maka kita memiliki kekuatan untuk bertahan menghadapi segala macam kondisi.

Karena cinta-Nya kepada kita, maka kita bisa mengelola prasangka, mengarahkannya kepada kebaikan.

Karena cinta-Nya kepada kita, maka kita bisa sepenuhnya menitipkan pengharapan kepada-Nya.

Karena cinta-Nya kepada kita, maka kita bisa berbuat kebaikan, melakukan perbaikan, mencintai kebaikan, merindui para pelaku kebaikan.

Karena cinta-Nya kepada kita, maka kita bisa mendulang hikmah, yang selalu intip-intip di balik setiap peristiwa.

Karena cinta-Nya kepada kita, maka kita bisa berlapang dada menerima ketentuan-Nya. Lapang hati jalani ketetapan-Nya.

Karena cinta-Nya kepada kita, maka kita bisa bersemangat dalam ikhtiar meraih ridha dan ampunan-Nya.

Karena cinta-Nya kepada kita, maka kita bisa tumbuh hingga saat ini. Berkembang di berbagai sisi.

Karena cinta-Nya kepada kita, maka kita bisa membenci kemunkaran, memerangi kezhaliman, mendurhakai hawa nafsu.

Cinta-Nya kepada kita, mendahului apapun. Melebihi apapun.

Karena cinta-Nya kepada kita, maka... :)


Senin, 04 Agustus 2014

My Lovely July



Satu Juli
Beberapa grup whatsapp dan beberapa orang ramai mengucapkan selamat di hari itu. Alhamdulillah, semoga Allah mengijabah doa-doa kebaikan mereka untukku dan kupanjatkanpun doa yang sama untuk mereka. Tidak sedikit juga yang mengiringi dengan ucapan 'asik ditraktir, buka bareng yuk'. Saya pribadi prefer hari ini tidak banyak kegiatan di luar, apalagi 'buka bareng' soalnya besok masih hari spesial buatku dan mesti mempersiapkan. Hanya memang sepertinya fitrahnya buat diriku, hari spesial malah tidak bisa mempersiapkannya lagi. Sudah tidak bisa pegang satupun persiapannya. Yah, besok saya mesti sidang kelulusan sarjana. Tapi seperti sudah dicekoki bacaan-bacaan sejak sebulan yang lalu akhirnya eneg, padahal dibacanya juga jarang hehe

Akhirnya tetep juga buka bareng sama temen-temen MS SALAM UI 2013 dan 'tambahan' walaupun tidak bisa lengkap, alhamdulillah silaturahim terlaksana. Entah mungkin jadi pertemuan terakhir ngumpul duduk bareng membicarakan hal-hal yang tidak biasa dibicarakan seperti setahun sebelumnya di hampir setiap pekan. Terima kasih banyak saya ucapkan kepada mereka semua yang bersedia bersabar dan berdinamika bersama dalam mengurus DK UI. Allah yang mengatur format kita di tahun sebelumnya, Allah yang menakdirkan membersamai kalian dengan karakter yang tidak satupun sama di antara kita, dan akhirnya saya bisa menyadari bahwa begitulah 'ukhuwah' dan 'amal jama'i'.

Dua Juli
Hari ini sidang kelulusan setelah daftar ulang di tahun 2009 tanggal 1 Juli, siapa yang menyangka perjalanan di dunia kampus berakhir di tahun 2014 tanggal 2 Juli? Seperti hanya sehari rasanya... Mungkin bagi sebagian besar orang waktu yang saya gunakan di kampus cukup panjang, tapi saya terus kembali mengulang-ulang ingatan akan apa saja yang telah saya lewati, meraba rasa di hati, dan berpikir ulang kenapa keputusan berada di Dunia Kampus tepat dalam angka periode tersebut. Alhamdulillah semua targetan tercapai mesti harus diingat bahwa keinginan selalu lebih banyak dari realistisnya dan hal  tersebut sangat berkaitan erat dengan besarnya keinginan disertai dengan usaha.

Sejam di ruang ujian sidang seperti tidak berasa, begitu cepat rasanya. Alhamdulillah perjalanannya bisa berakhir dengan A. Saya sangat berterima kasih kepada mereka semua khususnya Pak Agustino yang sudah bersedia dipersulit oleh saya selama beberapa waktu untuk menyelesaikan "Bioavailabilitas Zat Besi secara Pencernaan In Vitro menggunakan Ferrous Fumarate dan Ferrous Bisglycinate pada Pangan Berbasis Kedelai". Besar harapan saya di masa mendatang sedikit yang saya kerjakan dapat bersumbangsih untuk kebutuhan anemia zat besi yang banyak melanda manusia di dunia khususnya di Indonesia dan tidak sedikit yang berakhir pada kematian. Satu pesan dari mereka, jangan lupakan almamater dan tetap menjadi bermanfaat dengan ilmu yang sudah diperoleh. I really love all of this departement, thanks a lot for my teacher, professor, and all of my friends that give me a new colour to be me now.
Tim penguji ujian sidang
Dari kiri ke kanan: Drs. Ismunaryo, M.Phill (pembimbing II), Prof.Dr. Endang Asijati , Dr. Yuni Krisnandi, saya , Dr. rer. nat Agustino Zulys (Pembimbing I), Dr. Herry Cahyana
 Teman-teman PI SALAM UI 2014 datang menemani, tetap dengan tidak full team... Yah, begitulah keadaannya. Hanya bisa full team setahun lalu di tiap pekan sepanjang tahun. Saya pribadi tidak begitu tertarik dengan apresiasi atau semisal dengan hal-hal yang terlihat di foto. But, for you guys why not I'll try to enjoying it. hehe maaf atas keterbatasan saya. Hal 'lucu' yang apat ditemui hari ini adalah banyak cewek yang 'nungguin' departemen elektro FTUI dan hanya buat nyemangatin Habib, saya tidak ikut sore itu tapi denger cerita temen-temen saya hehe, begitulah kami. Bukan karena kami melupakan adab dalam berinteraksi, ini ukhuwah yang kami rasakan dan tergambar lewat aksinya. Kadang saya juga agak sedikit tergelitik, apa yang membuat kami bisa begitu terbuka dan peduli hanya dalam setahun kebersamaan kami, mungkin memang Dunia Kampus dengan pernak-pernik yang saya lewati terlalu indah dan kadang tidak cukup saya lukiskan lewat kata-kata.
Hari ini kami kompak bertiga diuji, pagi harinya Rina, siangnya saya, dan ditutup di sore harinya dengan Habib. Jadilah hari ini ditutup dengan traktiran Habib, terima kasih kepada kalian semua. Dari merekalah saya bisa belajar menurunkan ego menerima sedikit sifat 'cewek'. Dari 9 orang kami se-team hanya ada 3 cowok, sangat berbeda degan format tim saya selama ini yang sering didominasi cowok. Semuanya selama setahun terakhir saya dapati penuh 'emosi'. Kepada kalian saya ucapkan terima kasih sekali lagi yang tidak malu meperlihatkan dan mengajarkan bagaimana seorang cewek memperlihatkan 'rasa' senang lewat tertawa dan tersenyum, rasa marah dan sedih dengan menangis dibumbui sifat ego, rasa malu dengan banyaknya perdebatan hanya karena foto, hijab, nyanyian, and so on. Kalian juga komplet mengajarkan saya rasa sabar mengahadapi cewek yang moody, hehe. Saya cukup menyadari betapa kurang 'cewek'nya saya.
Doa keberkahan mengalir dari semua sahabat dan salah satunya mengekspresikan lewat gambar lucu di atas, terima kasih buat seorang adik yang tidak pernah lekang semangatnya untuk mencari jati dirinya dan Allah takdirkan pertemuannya dengan saya, semoga kita bisa berkumpul kelak bersama di surga.

Enam Juli
Hari ini kajian akhwat PESIAR UI dilaksanakan, banyak kekurangan di sana-sini karena kurangnya persiapan. Praktis merasa selama bertahun-tahun ada di UI ini adalah hal paling saya benci ketika mengerjakan suatu pekerjaan, unprofessional. Ini di bulan ramadhan dan masih ada saja profesionalitas yang terlewat, sedih, sudah mengungkapkan kekecewaaan pula kepada yang mestinya bertanggung jawab dan saya yang 'membantu' karena diminta menjadi tidak puas atas apa yang saya kerjakan. Ke depan semoga siapapun yang selalu mengajak saya dalam kebaikan juga tetap memperhatikan kebaikan akan dirinya dan kebaikan akan apa yang dikerjakan agar tidak menjadi 'potret' muslim hanya karena kelalaian satu dua orang. Maafkan saya yang mesti bersikap tegas karena kejadian yang tidak menyenangkan hari ini. Allah menggantikan hari ini dengan mempertemukan saya kepada generasi masa depan penerus perjuangan yang semangat, dari mereka saya belajar bahwa profesionalitas itu sederhana. Anda hanya perlu terbuka dan menanggung bersama jika itu memang mesti dilakukan bersama. Kepolosan mereka membuat saya kembali melihat ke dalam diri untuk terus menjadi diri yang lebih baik.


Here they are,,, Bahagia banget pasti jadi ortu mereka, saya aja yang jadi mentor buat mereka sehari ini bangga banget....

Awalnya, di tembak jadi mentor karena masih kurang orang. Ada yang ga datang karena sakit. Sampai sekarang syukur banget di kasih kesempatan yang tiba-tiba itu.

Namanya anak-anak moody itu so pasti. Ngajak mereka main outdoor aja pada semangat tapi giliran yang mikir keliatan ada yang ga fokusnya...

Tapi rasa syukur, haru, sekaligus sampai netesin air mata pas sesi motivator... Semua dari mereka kompak sampai sesenggukan karena yang disinggung ortu. Pas buat komitmen jadi anak solehah, semuanya kreatif mengekspresikan perasaannya buat bunda dan ayahnya, bahkan kebanyakan dari mereka pakai gambar. Alhamdulillah, generasi yang sayang ortu dan berempati pada sesama plus semangat dalam beribadah. Sempat takjub, diantara krisis moral di kalangan anak-anak yang marak dengan gadget dan dicekokin lagu & film dewasa,,, ada aja anak-anak yang seperti mereka....

Semakin merasa punya harapan baik untuk Indonesia di masa datang, semoga Allah selalu jaga mereka dan mengeksiskan mereka selalu dalam kebaikan

Terima kasih pula kepada teman-teman BERCAHAYA yang sudah memberi kesempatan untuk berada bersama di PESANTREN ANAK PESIAR UI kali ini... :)

Sepuluh Juli
Buka bareng pengurus SALAM UI 2013,,, banyak yang tidak bisa hadir walaupun ini moment yang ditanyakan sebagian besar pengurus. I love all of you guys... You can't find anyone at your organization excepted you find out it in SALAM UI. You can meet the blind eyes with the honest person that his purpose to join in SALAM UI only coz Allah and be hopeful... Kepada kalian yang Allah ciptakan untuk salah satunya menggoreskan kisah dalam sejarah hidupku, semoga kalian selalu Allah kekalkan dalam jalan-jalan kebaikan dan selalu dibersamai dengan orang-orang yang juga sama semanatnya berjuang untuk kebaikan. Sampai bertemu di waktu lain yang sama atau bahkan lebih menyenangkannya dari setahun lalu kebersamaan kita :)

Sebelas Juli
Palestina kembali diserang oleh Israel :( 
Hari ini genap sepekan serangan mereka, saya menyempatkan untuk ikut hadir di aksi solidaritas yang diadakan organisasi Komisi Nasional untuk Rakyat Palestina (KNRP) di bundaran HI.
Siang ini saya berkesempatan gabung dengan temen-temen yang aksi di bundaran HI. Ada yang nyumbang duit pribadinya sampai 1milyar. Wew, kalau saja semua orang kaya aware.. Janganlan di Palestina, di negeri kita sendiri saja pasti sudah tidak ada yang mesti melihat tragis kematian anaknya karena busung lapar....

Kalau saya? Hehe ga ada apa-apanya dibanding 1milyar. Tapi semoga saja gabung bersama para demonstran tadi minimal buatku lebih semangat. Masih banyak yang peduli dan minimal pegelnya kaki di bulan ramadhan (karena pastinya ga minum di siang hari) bisa saya bandingkan dengan sakitnya dibombardir dan tidak makan berhari-hari para korban di Palestina.

Tujuh Belas Juli

Tak bisa selesai senyum bahkan sesekali terbahak mengingat semua hal yang bisa dijangkau dengan ingatan di dua tahun yang lalu kebersamaan dengan BEM FMIPA UI. Hal yang paling diingat adalah tidak pernah full team karena betapa sibuknya kalian. Dari kalian saya banyak belajar profesionalitas, rela berkorban, dan siap mengerjakan apapun dengan konsekuensinya pada posisi kalian dan pada keluarga besar suatu organisasi. Saya bahkan menemui orang-orang yang semangat mempelajari 'jati dirinya' secara Islam tidak di masjid atau mushalla, saya menemuinya di sekre BEM FMIPA UI 2012. Terima kasih telah menerima saya di tengah kepengurusan, mendengarkan apa yang saya rancang di tengah kesibukan kalian, dan membantu secara penuh apa yang kita sepakati bersama. Good luck for all of you guys, untuk karir, jodoh, masa depan yang dicitakan untuk kebaikan diri, bangsa, dan agama kita :)

Dua Puluh Tiga Juli
Persiapan minim dan secara tiba-tiba kepikiran mau ikut merasakan mudik di Jawa, tidak ada yang bisa menjamin sampai kapan nafas bisa terus berhembus. Dan yang paling jelas, ini kemungkinan waktu terakhir ada di pulau Jawa dengan status mahasiswa S1 :)
Saya ikut ke Kebumen untuk mudik lebaran meski saya akan balik ke Jakarta sehari sebelum lebaran. Mungkin di episode tulisan berikutnya akan saya sampaikan alasan saya kenapa memilih Kebumen untuk lokasi mudik kali ini, ada "modus" istilah saat ini. hehe

Membutuhkan waktu kurang lebih 15 jam untuk sampai di tempat ini. Alhamdulillah,,, akhirnya bisa ngerasain mudik 
 Awalnya selalu bingung kenapa sih selama tinggal di Jawa ngeliat orang antusias mudik setiap lebaran. Akhirnya ngerasain juga, plus tau gimana lucunya bawa kardus setelah mudik (hal yang tidak biasa bagi saya), setelah dipaksa bawa oleh-oleh khas daerah tersebut yang hanya muat dengan kardus  Ngerasain naik transportasi yang harganya hanya 40.000 dengan fasilitas yang lumayan itu juga *sesuatu*, ber-AC, colokan di mana-mana, plus teman ngobrol sepanjang perjalanan yang unik-unik. Kalau ada istilah orang kampung udik datang ke kota, saya benar-benar ngerasain jadi orang yang udik datang ke kampung. Alhamdulillah, kepada 'saudara' yang bersedia menampung saya, ngajakin saya jalan-jalan, beserta keluarganya yang komplit menerima saya menjadi bagian dari keluarga, walaupun hanya beberapa hari saya sangat merasakan rasanya senang, terima kasih yang mendalam saya sampaikan. Terlalu naif mengarti-sempitkan rasa senang hanya dengan semua fasilitas mewah dan serba mahal secara harga. Kesenangan yang saya rasa, sangat 'mahal' nilainya yang bahkan dengan uang sebanyak apapun tidak mungkin saya dapatkan.

Selama di Kebumen saya belajar banyak hal, saya mengunjungi kotanya yang tidak begitu ramai, mengunjungi Kampung Batik dan sempat membeli selembar kain khas batik kebumen. Saya belajar kesederhanaan dengan berbagi, dan saya masih menemukan harga murah sebuah barang atau jasa yang sulit saya temui di Jakarta apalagi di Wamena. Sepanjang perjalanan pulang saya panjang mengobrol dengan seorang pensiunan diplomat, menarik pembicaraan kami yang sesekali menggunakan bahasa inggris. Mungkin dengan begitu bisa sedikit menjawab rasa rindu si diplomat. Yah, lagi-lagi saya diingatkan dengan periode waktu yang sangat singkat sebagai kesempatan untuk menorehkan amalan di dunia ini, begitu cepatnya waktu dan dengan sekedip begitu banyak hal yang bisa terlewatkan.

Dua Puluh Delapan Juli
Hari ini Eid Mubarak dan sendirian di Depok, seperti beberapa waktu ini bukan hal aneh. Malam harinya bersiap mudik beneran ke Makassar. Setelah empat hari yang lalu kehilangan dua kartu atm sekaligus, malam ini saya kehilangan dompet beserta seluruh isinya. Qadarullah...
Awalnya tidak begitu kaget karena berprasangka baik mungkin dompet saya tertinggal di kamar, setelah berhasil check in karena kebetulan paspor terbawa setelah sadar KTP ku tidak ada. Baru berasa panik setelah sadar uang untuk bayar pajak bandara tidak cukup, how come berarti dompetku beneran raib. Segera saya keluar dan menuju pengelola bus yang saya tumpangi dari Depok menuju bandara, sudah dikomunikasikan dan menunggu konfirmasi. Saya putuskan untuk beranjak melaksanakan shalat maghrib-isya. Setelah balik kabar tentang dompetku sudah sampai, setelah bus dua kali disisir tetap tidak ditemukan. Akhirnya tidak kehilangan akal saya menelpon adik dan meminta transfer uang secukupnya ke rekening pegawai bus yang saya pinjam kartu atm nya. Lima menit duduk di ruang tunggu panggilan untuk masuk pesawat sampai, akhirnya saya berhasil take off menuju Makassar. Akhirnya dijemput adik dan bersiap menuju perjalanan berikutnya menuju kampung nenek di Sidrap.

It's my story about my
 sweet July.
Setiap peristiwa pasti ada hikmahnya dan Anda tidak akan pernah menemui hikmah yang banyak itu dengan mata hati yang terhijab. Bukalah dengan lapang hati itu, bukalah dengan pikiran jernih akal itu. Lihat sekeliling dengan mata dan hati, gunakan perasaanmu dengan segala 'rasa' nya. Sebab apa yang Allah takdirkan tidak pernah ada yang buruk, semuanya baik. Yang akan diukur hanya bagaimana kita menyikapinya. Ini juli terpanjang dalam hidupku hingga saat ini yang mungkin terekam baik sebelum ingatan terbatas di syaraf otakku terhapus sedikit demi sedikit. Ini juli terbaik di dalam waktu bulan yang mulia, ramadhan. Semoga keberkahan selalu dilimpahkan kepadaku, kepada keluargaku, dan kepada semua orang baik yang ada di dunia ini. Semoga keberkahan lailatul qadr yang saya rasakan ciri-cirinya di satu hari di bulan juli ini tertakdir kudapatkan.

Jika saja waktu ini tak berbatas akan kujangkau semua hal sejangkauan yang bisa aku usahakan, sayangnya begitu terbatasnya waktu ini yang akan menjadi catatan penentu bagaimana saya kelak di hadapanNya... Sehingga menjadi terbaik dari usaha terbaik yang bisa diusahakan adalah suatu keniscayaan yang diperlukan. Untukmu calon masa depanku, kuharap keberadaanku kelak bersama kalian menjadi satu catatan baru perbaikan diriku dan diri kalian

Senin, 21 Juli 2014

Kroket Kentang Keju Isi Daging dan Udang



Bahan Isi (daging):
50 g daging cincang
2 sium bawang merah, dicincang
50 ml air
2 sdm minyak wijen
1 sdt saus tiram
Garam, gula, lada secukupnya
Daging dan air dimasak, dimasukkan bawang merah, lada, garam, gula hingga volume air berkurang hingga sedikit mengering. Ditambahkan saus tiram dan minyak wijen.

Bahan Isi (udang):
125 g udang
10 ml perasan jeruk nipis
Garam secukupnya
Minyak goreng
Udang, perasan jeruk nipis, dan garam dicampur. Didiamkan selama kurang lebih setengah jam kemudian digoreng hingga matang. Dipotong kotak-kotak.

Bahan Kroket:
500 g kentang, direbus dan dihaluskan
6 sium bawang merah
2 sium bawang putih
3 g lada halus
Garam dan gula secukupnya
50 g keju, dipotong kotak-kotak
1 butir telur
Minyak goreng

Bawang merah, bawang putih, lada, garam, dan gula dihaluskan. Bumbu yang dihaluskan dicampur ke dalam kentang. Dibentuk bulat campuran kentang dengan memasukkan keju dan udang. Dibentuk memanjang campuran kentang dengan memasukkan keju dan daging. Dibaluri dengan telur kemudian digoreng hingga kecoklatan. Kroket siap dihidangkan.

Porsi:
Kroket isi daging: 15
Kroket isi udang : 15

Rabu, 16 Juli 2014

Kegalauan yang Dirindukan

Dewasa ini kata ‘galau’ sering digunakan untuk menggambarkan rasa yang tidak terdefinisi di dalam hati. Sebagian besar istilah tersebut digunakan para pemuda yang sedang kedatangan tanda-tanda menuju masa dewasa. Sejatinya rasa, selalu ada bersemayam di dalam hati setiap manusia. Tidak mengenal berapa usia, apa status sosialnya, berjenis kelamin apa, atau standar tertentu, semua bisa merasakan senang, sedih, marah, kecewa, dan sederet rasa lainnya. Kadang, bercampurnya rasa itu menjadi satu rasa tak terdefinisi yang banyak diwakilkan dengan kata galau.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, galau diartikan: sibuk beramai-ramai; ramai sekali; kacau tidak keruan (pikiran). Hal tersebut jika dihubungkan dengan rasa memperlihatkan bahwa adanya pikiran yang tidak tenang (atau kacau). Adanya keseimbangan dalam kehidupan kita, juga sedikit menjelaskan bahwa  rasa galau hadir dari kacaunya pikiran dan kebalikannya adalah tenangnya pikiran. Ketenangan pikiran, pernahkah Anda merasakan? Mungkin iya, tapi saya tidak tahu sebanyak apa…

Ketenangan merupakan fitrah kita sebagai manusia. Saya yakin, tidak satupun orang yang pernah merasakan kacaunya kehidupan tidak merindukan ketenangan. Jiwa yang tenang, nafsul mutmainnah, Allah gambarkan sebagai jiwa yang akan dipanggil untuk masuk ke dalam surgaNya kelak. Namun, apakah panggilan ‘jiwa yang tenang’ hanya akan ditemukan kelak?

Sejatinya ketenangan yang menjadi fitrah akan terus berada pada titik tuju setiap insan. Tidak banyak yang saya bisa nasihatkan kepada diri sendiri saat ini, karena kurangnya pengalaman dan mungkin rasa galau yang pernah melanda tidak sehebat rasa yang dititipkan Sang Pencipta Rasa kepada beberapa orang lainnya. Karena ketenangan tidak melulu bicara tentang tempat sunyi sepi tanpa suara. Banyak orang yang bahkan merasakan galau ketika dia sudah berada di titik puncak gunung, di titik puncak pencapaiannya, bahkan ketika di titik puncak kehidupan bahagia yang didamba selama ini. Namun tetap saja ada ketenangan di ketidak-tenangannya lingkungan, lihatlah… Lihatlah para saudaraku terkasih di Palestina, di Suriah, di Rohingya, di Mesir, di Kashmir, dan di beberapa belahan bumi lainnya yang ketika saya lihat di layar kaca, saya lihat di lembar kertas, saya dengar dari negeri mereka, yang menggambarkan kekacauan kondisi mereka, ternyata mereka menemukan ketengan di sana. Ketenangan atas janji bahwa mereka tidak lama lagi akan bertemu dengan Sang Pemberi jiwa yang tenang.

Jika seperti ini, saya pribadi merasa mesti merasakan galau itu saat ini. Di ketenangannya keadaan, dinamika kehidupan yang nyaris berada pada garis lurus, tercukupinya segala sesuatunya namun tidak meningkatnya produktifitas ibadah dan segala bentuk aktualisasi diri sebagai seorang hamba. Saya rasa inilah waktunya saya mesti galau. Kenapa masih bisa tenang? Mestinya ketenangan itu tidak pada mata yang lapang dan perut yang kenyang, dipenuhi kosongnya jiwa. Ketenangan itu mestinya berada pada kedalaman hati yang hanya pemilik hakikinya-lah yang dapat menyentuh untuk memutar tuas dan mengarahkannya pada ketenangan yang hakiki.

Bilakah ketenangan jiwa itu hadir, kuharap siap menerimanya hingga pantaslah saya bersanding dengannya. Bilakah ketenangan jiwa itu menyapa, kuharap siap menjamunya dengan segala macam kudapannya. Bilakah ketenangan jiwa itu hendak pergi, kuharap siap memegang rantainya agar siap kuikat kuat dengan hatiku. Bilakah ketenangan jiwa itu berpaling, kuharap Dia masih menyisakan sedikit rasa iba agar bisa kembali memberiku sedikit rasanya. Bilakah ketenangan jiwa itu bersamaku, kuharap kusiap bersamaNya di tempat yang Dia janjikan dengan segenap ridhaNya. Bilakah…

dari kegalauan yang kurindukan menuju ketenangan jiwa yang hakiki,
Depok, 17 Juli 2014
12.02 AM