Pernahkah berpikir berada di ujung bumi?
Ya, mana mungkin...
Dunia yang diciptakan sang Maha Pencipta ini kan bulat. Tapi saat ini, saya berada tepat di titik nol barat Pulau Jawa. Titik di mana bisa dilihat keindahan bumi Banten. Pertama kali dan sangat berkesan.
---
Pagi cerah itu saya berkumpul bersama teman-teman ex-pengurus BEM fakultas :)
Berkumpul yang tidak seperti biasanya (red: rapat), tapi kita berkumpul untuk jalan-jalan. Hmm, perjalanan dengan perencanaan yang cukup matang oleh panitia (yang unpublished)
Jujur, berkali-kali jalan-jalan kepengurusan ini hanya berlalu sekedar menjadi wacana. Bahkan, sejak saya bergabung :D
Namun, kali ini menjadi realistis dengan perencanaan yang matang walaupun tidak semua anggota ikut hadir karena kendala yang memang tidak dapat diprediksi. Semoga dikuatkan dan diberi kesehatan pada teman saya yang sejak sebulan sebelum keberangkatan terus menerus dengan sabar menanyakan keikutsertaan saya, namun tak jua saya respon. Bukan kebiasaan saya, tapi jujur karena keinginan saya yang besar untuk ikut tetapi khawatir di tanggal yang bertepatan dengan itu saya tidak bisa ikut. Di H-2 hari dia berhasil bertemu dengan saya dan saya jawab dengan "ya". Meskipun pada hari H dia malah tidak ikut karena sakit (anyway, thanks a lot ya Fikri Sulthoni)
Sepanjang perjalanan, jauh dari yang diprediksikan. Kami tidak menemui macet, alhamdulillah. Sehingga perjalanan Depok-Banten memakan waktu kurang lebih 2 jam. Hmm, perjalanan yang penuh dengan nyayian (yang entahlah apa istilah untuk satu kegiatan ini di bus sepanjang perjalanan) dan dipenuhi dengan kuis kreatif dari PJ acara (Ganis Sanhaji), you are creative man.
Destinasi pertama adalah Museum Purbakala Banten. Cukup belajar sedikit sejarah kekhasan Banten. Hmm, semakin bersyukur menjadi salah satu bagian dari keluarga besar dengan latar belakang sejarah negara yang keren. Dan ini salah satu rumah adat yang ada di salah satu suku di Banten, Baduy.
Destinasi berikutnya ke Masjid Agung Banten yang tidak jauh dari museum, hanya perlu berjalan kaki. Rencananya di masjid ini kami akan melaksanakan Shalat Dzuhur, namun apa boleh bikin...
Masjid ini ramai padat, bahkan wudhunya pun bingung mau di mana (ya di tempat wudhu lah, hehe). Maksud saya saking sesaknya merasa tidak nyaman untuk melaksanakan ibadah di masjid ini. Sehingga sebagian besar kami yang cewek enggan dan berkeputusan untuk shalat di destinasi berikutnya.
Sepanjang jalan dari museum hingga masjid diramaikan oleh pedagang, tapi sayangnya tidak tampak khas daerah Banten yang dijual di sini melainkan barang khas Arab.
Ada satu hal yang membuat masjid ini sangat ramai, ya selain kami memang datang di waktu libur. Selain masjid ini yang bersejarah, di masjid ini pula ada beberapa makam para wali yang dianggap sakral oleh masyarakat, sehingga mereka rela berdesakan dan antre untuk memanjatkan doa di nisan. Yah, beginilah realitas masyrakat hari ini, semoga semangat belajar Islam lambat laun akan memotong kebiasaan yang tidak diinginkan oleh agama.
Destinasi berikutnya adalah rumah pak PO jalan-jalan ini, Yasir Arafat. Wah, keren banget kedua orang tuanya. Thanks a lot for them...
Bayangin aja, pas kita sampai di rumahnya yang sederhana namun menyejukkan di tengah teriknya panas. Di tengah keroncongnya lambung dengan kadar asam yang meningkat, meminta haknya untuk mengolah sesuatu yang dimasukkan ke tubuh (hehe lebay). Kami disediakan senampan besar ikan bakar + sambal lezatnya, dilengkapi dengan cumi yang dimasak tomat. Hmm, selalu terbayang dan membuat rindu untuk balik lagi :) Semua makan dengan lahap, tak terkecuali.
Dan perjalanan ini diakhiri dengan pantai, khas wisata Banten. Tahu kan? Tempat judul cerita ini diambil. Awalnya agak gondok dengan peraturan yang semena-mena di tempat kami yang tidak direncanakan untuk disinggahi ini, alhamdulillah berakhir dengan cukup menyenangkan. Bagaimana tidak? Tidak ada pengumuman terkait tarif dan tidak akad jual-beli, kemudian rombongan kami ditodong dengan "uang parkir" yang harganya luar biasa. Hmm, Indonesiaku sayang Indonesiaku malang, semoga pemimpin masa depannya sadar akan potensi alam dengan pengelolaan profesional dan memuaskan rakyat (amiin).
Kami naik ke atas Menara Willem yang memiliki 16 lantai (lupa tingginya berapa meter ya?) untuk menuju puncaknya. Menara ini merupakan mercusuar penanda titik nol daerah terbarat pulau Jawa. Wuih, anginnya kenceng dan betapa indahnya pemandangannya. Maha Suci Allah yang tidak pernah cacat sedikitpun menciptakan ciptaannya. Oya, hanya perlu Rp3000 / orang untuk bisa menikmati sensasi berada di atas awan ini :)
Setelah didesak untuk turun karena ada beberapa orang yang menunggu, kami turun dan melanjutkan agenda berikutnya.
Agenda berikutnya adalah agenda pamungkas dan refleksi sedikit cita-cita hidup. Maklum, mahasiswa akhir tingkat. Tentunya, setiap kita selalu mengharapkan yang terbaik dan berusaha mendapatkan apa yang kita inginkan. Semoga tercapai semua yang kalian harapkan guys, apapun itu saya yakin tidak hanya berhenti pada kebaikan pribadi. Saya sangat yakin, sebab sebelum bertemu kalian dalam satu forum saya tahu saya diajak bergabung bersama orang hebat yang tidak ingin hidupnya biasa-biasa saja untuk besar dengan cita-cita yang biasa-biasa saja. Terima kasih atas segala penerimaan dan pembelajaran hidup berharga yang disampaikan kepada saya.
---
Terima kasih kepada Aisyah Bidara & Riza Nur Adinda yang mau menerima menjadi mate-ku di tengah kepengurusan :)
Terima kasih kepada Rivan Tri Yuono, Muhammad Kemal Prasya, dan Ipung L. Purwaka yang gigih mengajak saya ikut gabung di tim hebat ini (anggap saja saya ge-er)
Terima kasih kepada semuanya, Arif Hidayat, Ika Yuliana, Puri Wulandari Rahayu, Qivi Azizah, Amelia Nur Fitriana, Ganis Sanhaji, Rizqi Wahyu Nur Cahyo, Sila Sakti, Haniyah Nadira, Priska Andini Putri, Yasir Arafat, Fikri Sulthoni, Bimo Ary Pujangga Putra, Munazyi, Regy Inneke Ridart, Harnoko Dwi Yogo, Abdul Karim, dan Galih.
Sebagian dari kalian sudah mengenal saya sebelumnya, sebagian lagi belum. Tapi Allah Yang Maha Menakdirkan sehingga kita diberi kesempatan untuk saling mengenal lebih dibanding yang lain. Doa terbaikku selalu untuk kalian, kawan. Semoga kita bisa berjumpa di kesempatan lain dengan kondisi yang jauh lebih 'oke'.
"Kamu sangat berarti, istimewa di hati
s'lamanya rasa ini...
Jika tua nanti kita t'lah hidup masing-masing
ingatlah hari ini..."
(sepenggal lagu project pop)
Depok, 2:01