Senin, 08 September 2014

Izinkan aku mengenalnya...

Tidak lama saat sms seorang teman lama membicarakan satu potongan dari sekian puzzle hidup yang belum terungkap. Suatu perbincangan yang tidak ada satupun bisa memastikan seperti apa akhirnya kecuali Dia. Kubiarkan semua mengalir begitu saja. Yang pasti, kuberharap indahnya dakwah terus mengalir dalam setiap sendi kehidupan yang kujalani, dia menjadi ambisi sekaligus obsesi, kuberharap bersemayamnya tidak hanya sekedar mampir. Kuberharap selamanya hingga batas waktuku tiba...

Masalah merupakan satu hal penting yang membuat dinamisnya hidup. Tanpanya, rasa lega, rasa lapang, rasa senang, bahkan rasa bebas tidak ber-arti. Bukankah setelah datangnya rasa sempit kemudian lega dan lapang akan memiliki ciri rasa? Bukankah setelah datang rasa sedih baru terasa manisnya rasa senang? Dan bukankah rasa terkungkung akan membuahkan rasa bebas? Tidak peduli seberapa besar nilai 'rasa' yang dinikmati tiap orang. Warna inilah yang kemudian membentuk dan membekas menjadi pribadi seseorang. Yah, tanpa masalah tentu tak akan ada solusi. Allah telah menegaskan bahwa hanya orang beriman yang terus akan diuji, hingga terbukti sebenarnya imannya :)

Karena suatu masalah itu pula, Allah hadirkan kau mewarnainya. Tidak berhubungan sama sekali dengan tujuan perjalanan pulangku kali ini, karena ini pertama kalinya perjalanan pulangku tanpa perencanaan matang dan dalam waktu singkat. Tidak seperti perjalanan lainnya, perjalanan pulang selalu dengan perencanaan matang dan dalam jangka waktu yang cukup lama. Tapi tidak dengan alasan pulangku kali ini. Kau hadir seperti menjelma atas jawaban doa selama ini, tapi ragu mengiring... Kaukah itu?

Sebentar kubaca pesan elektronik yang sampai ke ponselku pagi itu, praktis selesai kubaca kemudian habislah daya ponselku, masih dalam perjalanan menemani ibu dan bersiap malam itu perjalanan pulangku. Kuberharap dapat berbicara dengan seseorang dalam tujuan pulangku kali ini, seseorang yang telah 14 tahun mewarnai hidupku. Tapi dalam 2 minggu waktu pulangku, mesti kusimpan segala rasa karena tidak bisa bertemu dengannya. Lebih tidak bisa kupahami apa yang membuatnya berubah dalam setahun setelah 13 tahun kebersamaan kami. Entahlah...

Mesti selalu kuyakini takdirNya selalu terbaik buatku :)

TakdirNya pula yang membuatku bertemu dengannya hanya dalam hitungan hari setelah pertemuan lain yang kuharap terjadi dan malah tidak demikian. Hanya dalam hitungan jam, tidak lebih dari 4 jam dan mesti kuhadapi. Oke, begitu banyak pertemuan di waktu lalu baik yang terencana atau tidak yang kemudian menjadi menyenangkan atau sebaliknya. Dengan jumlah usiaku saat itu, pertemuan dengan siapapun selalu menjadi hal yang menyenangkan. Bukankah Rasulullah sudah menginformasikan bahwa ada berkah di setiap pertemuan (silaturahim)? Jadi, saya terus menghibur hatiku sendiri, "tenanglah, ini hal biasa yang selalu menyenangkan sebelumnya"

Segera kukabari seorang lainnya dan meminta beberapa point yang mesti saya tanyakan dalam pertemuan pertamaku kali ini. Tetap saja ini menjadi tidak biasa. Dan rasa yang ada kali ini tidak terdefinisi,,, "Izinkan aku mengenalnya", pintaku dalam hati...

Akhirnya waktunya datang juga, tetap saja pertemuan teraneh dalam hidupku sejauh ini. Tetap saja, pertemuan pertama tidak bisa serta merta membingkai seseorang menjadi apa yang tergambar di benak sejauh ingatan mengingat, meskipun judging sesaat tidak dapat dielakkan. Semua berlalu hingga beberapa bulan terlewat dan hampir menjadi pertemuan yang terlupakan, pertemuan kali itu ingin dilupakan tepatnya. Tak ada kabar, tak ada hal yang sepertinya menjadi perlu, hingga pesan singkat di ponselku suatu malam sedikit menceritakan kebaikan tentang dirinya yang begitu terasa aneh...

Ternyata, keinginan yang terlintas untuk memulai yang lain dipatahkan dengan pinta lirihku dalam hati waktu itu, dengan ingin mengenalnya. Pinta lirih itu terkabul. Sederet ingin terlintas, tergambar indah walau samar sekilas, terngiang merdu walau tak tampak pelantunnya. Akankah indahnya dakwah tercita itu tergambar dengannya? Ada segurat garis tegas meski perlu tinta yang lebih untuk menebalkannya. 

Selalu ada harapan, namun selalu kupinta padaNya agar mengizinkanku mengenalnya. Kuingin mengenalnya untuk menggambar bersama kebaikan yang Dia janjikan, tak peduli akankah selesai gambar itu dengan kehadiranku,,, hanya berharap gambar itu menjadi sumbangsih peletak pondasi kokoh bangunan peradaban yang Dia janjikan... Kuberharap harmonis sepanjang jalan mengenalnya, karena mengenal tidak pernah bisa berhenti, seperti halnya usahaku hingga detik ini mengenal diriku untuk kupersembahkan terbaik yang bisa kuupayakan atas kemurahanNya

Izinkan aku mengenalnya...