Jumat, 29 November 2013

Beriman atau Munafik?

Bismillahirrahmanirrahim

Mari coba kita tadabburi alquranul kariim dengan membuka QS Al Ahzab (33) : 7-22

Ayat-ayat ini, berbicara mengenai Perang Khandaq/Perang Ahzab. Ide Salman Alfarisi membuat parit sebagai bukan bangsa Arab yang memberi ide atas ide Rasulullah dlm strategi perang. Membuat kita belajar mengenai menyampaikan pendapat kepada pemimpin dan bagaimana semestinya seorang pemimpin menanggapi masukan anak buahnya.

Umat muslim saat itu dalam keadaan lapar, namun memiliki semangat luar biasa. Hanya bertemu makanan 1x saja. Bahkan membuat Rasulullah mengikat perutnya dengan kain yang disanggah batu.

Umat muslim semua bersatu padu, kaya miskin tidak ada bedanya. Dan di sinilah dapat kita ukur siapa saja yang benar dalam islamnya dan siapa saja yang tidak.

Sementara itu, para rival: musuh-musuh islam, nyata ketidak-sukaannya, tidak ingin seruan kebaikan (dakwah) ini tegak.
Diantara para kader Rasulullah pada saat itu, juga sudah ada yang lemah semangatnya.

Semangat mestinya digunakan untuk potensi dakwah. Namun pada kenyataannya ada yang berjuang bersama di waktu mendapat posisi tertentu atau di posisi biasa saja. Ada juga yang berjuang hanya saat lagi nge-trend, saat ada posisi tertentu yang dirasa strategis dan mendatangkan popularitas.

Pada ayat 12, orang-orang yang hatinya berpenyakit: mereka terserang tipu daya belaka

Jika kita refleksikan dengan dakwah kita saat ini, khususnya di kampus kita hanya berperang melawan diri kita, hati kita, nafsu kita dan keinginan duniawi kita, dengan manajemen waktu kita dan prioritas-prioritas kehidupan kita.

Coba kita bandingkan di zaman para sahabat. Mereka melawan musuh yg nyata, bahkan makanan pun tidak ada. Hanya berbekal dengan peralatan yang sangat terbatas dengan kondisi lingkungan yang sangat terbatas (sehingga sulit membuat peralatan perang dengan hasil alam). Bahkan ide Salman Al farisi menghasilkan konsekuensi yang digali itu bukan tanah, tapi batu.

Para orang-orang munafik menafikkan bahwa yang dijanjikan Allah dan RasulNya merupakan tipu daya belaka. Muncul orang munafik yang tidak mau ikut serta dalam perjuangan. Kemudian mereka memunculkan berbagai alasan. Termasuk beralasan mengenai harta benda.Padahal mereka orang-orang munafik, sudah pernah bermuahadah (berjanji), perjanjian dgn Allah SWT. Dan ada juga orang-orang yang bersekutu melawan dakwah, dengan berbagai sarana yg mereka miliki.

Terukurnya para orang mukmin, ketika berjuang disaat yg sulit. Baik itu berhubungan dengan nama baik, kehormatan, harta benda, bahkan nyawa.
Para orang mukmin tidak terintimidasi hanya sebab yang lain mempertanyakan  ini dan itu.

Refleksi lagi-lagi perlu kita ukur terhadap diri kita masing-masing. Padahal kesulitan kita saat ini tidak realistis disamakan dengan perang khandaq, sangat jauh. Bahkan kita masih bisa tidur nyenyak di atas kasur yang empuk, masih bisa makan dengan kecukupan, dan kita tidak diintimidasi secara berjamaah. Hanya diuji sedikit dari kualitas sahabat pada masa perang khandaq.

Kita hanya berperang mengatasi ujian-ujian internal dalam diri. Dan sayangnya kita menjadikan banyak alasan-alasan untuk menyertainya.

Begitupun perilaku orang-orang munafik dijelaskan pula. Seperti apa sikap mereka kepada orang-orang beriman. Mereka berperilaku seakan-akan orang-orang beriman melakukan suatu hal yang tidak semestinya dan terfokus pada apa pendapat orang lain.

Di akhir, disampaikan bagaimana sikap mereka yang beriman. Mereka akan ditambah keimanannya sebab bukti dari Allah yang mereka rasakan kebenarannya. Dan kita, semoga bisa menjadikan pelajaran melalui ayat-ayat ini agar bisa dipastikan termasuk orang yang beriman.

Wallahu'alam