Betapapun tidak enaknya hidup yang kita rasakan saat ini, sebenarnya sangat jauh dari kata "tidak bahagia". Berarti, paradigma berpikir terbalik harus kita gunakan saat ini. Kenapa harus seperti itu? Sebab ternyata betapapun buruknya hidup yang kita rasakan saat ini, masih saja ada yang lebih buruk dari kita.
Saat ini kita hanya bisa makan apa adanya dalam 3 kali sehari, yakinlah sahabat bahwa ada yang sama sekali dalam sehari bingung mau makan apa bukan karena banyaknya pilihan yang membingungkan, namun karena tak ada pilihan sama sekali.
Bila saat ini kita terbaring lemah karena penyakit yang kita rasakan ditambah lagi sakit tak terperih yang seakana bertubi-tubi menyerang badan ini, yakinlah sahabat bahwa masih ada ternyata yang untuk mendapatkan haknya untuk diobati pun tidak dapat merasakannya, bahkan orang di sekelilingnya hanya bisa berpasrah menunggu ajal kematiannya.
Jika hari ini kita terjatuh karena tersandung batu, tersambar kendaraan ketika saat menyebrang, yakinlah sahabat bahwa masih ada yang sengaja mengakhiri hidupnya karena berfikir bahwa itu akan mengakhiri pula penderitaan yang dia rasakan saat itu.
Bila saat ini kita masih saja mengeluhkan begitu buruknya manajemen waktu kita hingga tidak bisa menikmati waktu santai bersama keluarga atau hanya sekedar merasakan teduhnya tidur siang di depan dipan rumah, yakinlah sahabat masih ada yang bingung mau tidur di mana hari ini
Jika saat ini kita masih terus berpikir keras untuk menyelesaikan masalah-masalah kecil di hidup kita, padahal hal tersebut adalah hal yang remeh-temeh. Yakinlah sahabat, bahwa kemerdekaan bangsa ini masih sangat jauh. Mengapa???
Karena para pemudanya masih sibuk memikirkan diri sendiri, di kesibukannya itu ternyata tidak pula ditemukannya jalan untuk segera sadar akan kelalaiannya, ternyata setelah dia sadar dia sudah tidak muda lagi bahkan ada pula yang hingga akhir hayatnya masih saja disibukkan untuk dirinya sendiri.
Tentu secara teori, sahabat sejak TK telah diajarkan budi pekerti & juga diperkenalkan bahwa kita ini adalah makhluk sosial, makhluk yang tidak dapat hidup sendiri. Yakinlah sahabat, sehebat apapun kita saat ini tentu tidak 100% dari usaha kita. Memang keinginan tiap orang untuk sukses berbeda dan dalam mengartikannya juga berbeda, namun tiada chef hebat jika tiada penjual sayur. Tiada hidup bersih di tengah perkotaan jika tiada tukang sapu dan tukang sampah, tiada seorang dokter jika tiada seorang guru bersahaja. Sungguh, semua apa yang kita dapatkan hingga saat ini yang kita klaim sebagai hak penuh milik kita tidak jauh dari tangan-tangan yang kita anggap remeh.
Bayangkan saja bibi yang setiap hari di rumah membantu pekerjaan rumah sehingga semua hal terlihat rapi dan bersih sekejap berantakan karena mereka tak ada. Bayangkan saja guru/dosen yang kita anggap killer sakit dalam waktu yang lama dan tak ada yang bisa menggantikannya segera, membuat kita kehilangan banyak kesempatan untuk dapat mengetahui hal-hal baru dari pelajaran yang seharusnya diajarkan, bukan tentang materi pelajaran tetapi tentang berapa banyak pengalaman yang bisa di share yang tidak semua orang memilikinya. Bayangkan saja oksigen yang tiada terasa kita hirup serta merta dikenakan pajak, saya yakin hampir semua orang tidak dapat bertahan hidup.
"Dan nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?" (Ar-rahman:
Berbagi bukan hanya sekedar diberikan setahun sekali, bukan sekedar materi yang diperlukan orang lain terhadap kita, namun kasih sayang utuh yang bisa kita berikan kepada siapapun sesuai kadarnya itu jauh lebih baik dibanding materi yang akan segera habis dan diolah menjadi kotoran. Walaupun tidak menafikkan bahwa masih banyak kebutuhan materi yang memang diperlukan orang di sekitar kita, namun tidak pantang tersurut langkah kita untuk berbagi dengan alasan kita pun tidak memiliki apapun untuk dibagi.
Kadang kita tidak menyangka bahwa ibu/ayah kita sangat menrindukan anak kecilnya yang dulu semuanya dimintai tolong untuk melakukannya, namun kemandirian kita yang melampaui batas membuat mereka sendiri pun tidak mereka pahami hingga menyangka kita menjadi anak yang sombong.
So,,, siapkah sahabat berbagi saat ini, mulai dari orang yang paling dekat posisinya baik fisik maupun mental saat ini????